01

421 41 8
                                    

Bel sekolah berbunyi, sudah waktunya untuk pulang. Selama jam pelajaran terakhir, aku hanya diam di toilet. Duduk di atas kloset dan terus berusaha untuk mengeluarkan sesuatu. Sumpah, deh. Susah banget!

Sesekali para siswi datang ke toilet, dan diantara mereka ada yang sengaja berlama-lama. Mungkin karena bosan (karena saat mata pelajaran tertentu aku juga sering melakukan seperti itu). Tapi, jika mereka terus disini, sesuatu yang begitu susah dikeluarkan ini akan semakin sulit untuk keluar! Apalagi sejak tadi aku hanya kentut, pasti aromanya sangat wangi.

"Ce-pat-lah!"

Terdengar suara cekikikan dari luar. Dasar mereka! Aku jadi malu, sial. Terasa sesuatu yang baru saja hendak pergi malah kembali lagi.

"Oh ayolah!"

Sebenarnya apa yang ku makan? Tadi pagi aku hanya sarapan mi ramen dengan sambal habanero, biasanya tidak pernah seperti ini. Apakah karena terlalu rutin memakan sambal? Tapi pamanku yang perutnya begitu buncit rutin memakan cabainya sekaligus ketimbang sambalnya. Dia bilang untuk mengetes kekebalan tubuhnya, berapa lama dirinya akan bertahan. Tapi kurasa, pamanku terlalu berlebihan. Seharusnya istri paman menghentikan paman.

Mengapa aku jadi teringat paman?

Pluk ....

Astaga, berhasil! Akhirnya perutku mulai terasa lega meskipun masih terasa sakit. Terimakasih, paman! Berkat memikirkan paman aku jadi tak terlalu cemas dan bisa buang air dengan lancar. Aku harus segera bergegas dari sini, pasti kelas sudah sepi. Kulirik jam tangan, sudah lewat lima belas menit sejak bel terdengar.

Selesai dengan urusanku, aku kembali ke kelas. Sebelum itu, tadi toiletnya benar-benar kosong. Kurasa, hanya ada aku. Lalu ... siapa yang tadi cekikikan? Yah, mungkin saja siswi yang tadi nongkrong di toilet pergi duluan ke kelasnya. Aku tidak mau ambil pusing apalagi untuk berasumsi tentang hal-hal menyeramkan. Lebih baik aku segera pulang dan segera melakukan rutinitasku.

──── ◉ ────

Seperti yang kubilang, sesampainya di rumah aku langsung melaksanakannya dengan baik. Aku merapikan tempat tidur, lalu aku tidur. Kuhidupkan data seluler handphone dan mulai stalker-in si dukun tampan! Sebelum itu, aku sudah menyiapkan tisu untuk berjaga-jaga jika saja hidungku akan berdarah-darah.

Ah, mengingatnya saja membuat jantungku terus berdebar. Bagaimana jika nanti kita bertemu, ya? Mungkin jantungku sudah beneran copot.

"Hehehehe."

Di siang bolong begini pasti dia sedang bersama murid-muridnya. Setelah memasuki akun si dukun tampan, aku melihat postingan terbaru. Benar saja, dia dan tiga muridnya terlihat sedang beristirahat di toko eskrim. Terdapat empat foto yang diunggah sepuluh menit yang lalu. Meskipun matanya selalu tertutup kain, dia begitu tampan.

Kugulirkan layar hp ke atas, sebuah foto si dukun tampan berpose di suatu gedung yang ... mengerikan. Terlihat beberapa bekas cakaran pada dinding di belakangnya, terukir panjang dan jelas. Apakah itu ulah para monster? Tertera sebaris caption dibawah foto tersebut.

"Saatnya berburu..? Jadi selama ini dia berburu monster?"

Aku tidak begitu percaya pada hal-hal yang tak kasat mata. Karena selama ini yang selalu digadang-gadang makhluk mengerikan itu tak pernah muncul dihadapanku. Tapi, jika suatu saat nanti mereka benar-benar muncul ... apa yang harus kulakukan? Apakah aku akan takut?

Menghela nafas lelah, kumatikan hp dan mengatur nafas sejenak. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Untuk sekarang, lebih baik aku menunda rutinitas yang tak wajar ini. Karena ... aku lapar. Dengan berat hati aku meninggalkan kasur dan pergi ke dapur, siapa tahu masih ada beberapa camilan yang tersimpan.

Saat kulihat persediaan makanan di kulkas, betapa terkejutnya aku melihat isinya yang tidak ada apapun. Namun keterkejutan itu hanya dibuat-buat saja agar terlihat seperti orang normal pada umumnya.

Sebuah kalender terletak diatas kulkas. Kulihat tanggalnya, ternyata sudah dua bulan yang lalu aku belanja bahan makanan. Kupegang pelipis sambil menghela nafas, bingung. Kalau begini, aku harus kembali ke tempat 'itu' lagi.

"Whaaa-!?"

PLAK!

Dasar kecoa sialan! Tiba-tiba saja terbang di depan wajahku, refleks aku menamparnya hingga tubuhnya pecah diatas lantai. Setuju atau tidak, serangga ini adalah makhluk paling mengerikan yang pernah ada jika muncul secara mendadak. Apalagi kalau sudah terbang.

"Hah ... haruskah ku bersihkan?"

Kulihat jam dinding, sudah jam dua siang. Tiga hari hanya memakan nasi membuatku semakin tak berdaya. Aku harus segera pergi kesana, demi makanan enak! Kuabaikan bangkai kecoa itu dan bersiap-siap untuk pergi. Saat ini aku harus mengisi perutku agar tetap hidup.[]

──── ◉ ────

Gimana pendapatmu sama bab pertama? Jujurly aku udh lama ga bikin cerita dan entah mengapa pengen buat wkwkw. Just for fun yaa. Mohon maaf kalau kurang ngeh buat kalian, semoga suka💕

Jangan lupa vote ya-! (๑♡⌓♡๑)

The StalkerWhere stories live. Discover now