06

126 20 0
                                    

Hari ini aku kembali sekolah. Dan, kurasa ada yang aneh. Sebab murid-murid yang hendak bersekolah-baik dari sekolah yang sama ataupun dari sekolah lain-segera menoleh dengan cepat ketika menyadari keberadaanku. Setelah itu mereka berbisik-bisik. Apa-apaan?

Inginku tersenyum, namun sepertinya itu hanya akan menambah kebencian mereka. Tapi, benarkah mereka membenciku? Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bisikan sambil menatapku dengan serius. Benar-benar membuatku risih.

Padahal masih di perjalanan menuju sekolah, entah bagaimana jadinya saat aku sampai disana. Perasaanku mulai tak baik. Haruskah aku kembali dan belajar di rumah saja?

Memasuki gerbang sekolah, semakin banyak mata yang memperhatikanku. Apa aku membuat kesalahan? Lalu apa yang salah dariku? Kali ini tatapan mereka terasa seperti tuduhan, membuatku semakin bingung dan berlari menuju kelas.

Pak satpam, guru-guru, ketua OSIS, bahkan bibi kantin menatapku dengan tatapan yang sulit dijelaskan! Bisakah kalian katakan saja padaku tanpa harus diam-diam begitu?!

Akhirnya aku sampai di kelas dengan ngos-ngosan. Kulihat temanku, dia langsung menggebrak meja ketika sadar aku datang. Lalu menghampiriku dan segera menyeretku entah kemana tanpa mendengar penolakanku. Apa lagi ini? Padahal aku begitu lelah.

──── ◉ ────

Ternyata dia membawaku ke toilet. Pagi begini masih sepi. Kuletakkan tas yang tak sempat kusimpan di kelas pada meja wastafel, lalu bersandar pada dinding sambil memijat pundak yang pegal-pegal. Didalam tas terdapat tiga buku paket dan dua kamus besar-karena temanku yang satu ini lupa membawanya dirumahku saat kerja kelompok tugas bahasa beberapa hari yang lalu. Seberat apa beban yang ku tanggung hari ini?

"Setidaknya biarkan aku menyimpan tas dulu, berat tahu!"

BRAK!

Tiba-tiba saja dia menggebrak pintu. Aku kaget setengah mati sampai rasanya ingin menangis. Memang, temanku yang satu ini kelakuannya kasar, sangat berbeda dengan temanku yang suka nonton film komedi romantis itu. Dan yang paling menakutkan dari temanku yang satu ini adalah ... dia bisa menyantet. Kugisaki Nobara namanya.

Grep!

Kedua tangannya memegang pundakku dengan cepat. Aku kaget untuk yang kesekian kalinya. Kutatap matanya yang terlihat begitu marah, membuatku merinding setengah mati. Kuharap, dia tak berniat untuk menyantetku setelah ini.

"Hey ... apa yang-"

"Sudah kubilang menghindarlah jika bertemu dengannya!"

Nobara berteriak.

"... Siapa?" tanyaku bingung.

"Gojou Satoru! Kenapa kau tak mendengarkanku?!"

Tubuhku diguncangkan olehnya. Seketika itu aku mulai ingat. Ketika Rikka-temanku yang suka nonton film komedi romantis itu-memberitahuku tentang dukun tampan yang diidolakannya, lalu dia memberi tahu akun sosmed-nya si dukun tampan itu padaku, dan pada akhirnya aku ikut ketagihan hingga stalker-in dia setiap hari. Besoknya, Nobara memperingatkanku untuk tidak sampai nekat bertemu dengan si dukun tampan itu. Entah mengapa, tapi dia terlihat begitu marah ketika aku terus membantahnya.

"... Oh. Memangnya kenapa?"

Sampai saat ini, Nobara hanya bisa melarangku tanpa memberitahu alasannya. Padahal, aku perlu tahu. Tapi yang dia lakukan hanya marah dan terus marah ketika aku berandai-andai bertemu dengan Gojou Satoru. Hingga akhirnya kami benar-benar bertemu. Namun, terakhir kali kami bertemu ... merupakan hal yang tidak ingin aku ingat lagi, sampai kapanpun.

Beberapa saat Nobara hanya diam, tangannya terlepas dari pundakku. Dia menunduk dan mengatur nafasnya agar kembali tenang.

"Sudah terlambat. Sepertinya kau tahu ini, dan aku hanya mengingatkanmu agar kau tak pernah lupa," ujarnya pelan. Lalu melanjutkan dengan tatapan serius, "Kau dalam bahaya."

Menelan ludah, aku mulai khawatir. Apakah dia juga tahu sesuatu?

──── ◉ ────

Hingga diperjalanan pulang pun, kata-kata Nobara masih terngiang di telingaku. Aku dalam bahaya. Benar. Sejak Nanami Kento mulai mengincarku, aku jadi berurusan dengan Gojou Satoru. Nobara tidak memberitahu bahaya apa yang sedang terjadi padaku, selain pemarah dia juga suka teka-teki rupanya. Jika dia menjadi diriku, pasti dia sudah mengancamku.

Setelah kupikir-pikir, mereka-Nobara dan Gojou-memiliki satu kesamaan. Yaitu: mereka dukun! Jika Nobara sudah dipastikan karena dia mempunyai ilmu santet, tapi Gojou? Apakah dia bisa menyantet orang juga? Kalau benar ... oh, jadi itu! Aku dalam bahaya, mungkin maksud perkataan Nobara adalah, seseorang akan menyantetku selain dia. Dan pelakunya adalah Gojou Satoru!

Seketika aku banjir keringat dingin. Jika benar begitu maka ... aku benar-benar dalam bahaya. Tidak ... kumohon ... aku belum siap untuk meninggalkan ketenangan hidupku! Jangan lakukan itu!

Dan yang paling kutakutkan adalah, selama ini intuisiku selalu benar. Kumohon, jangan! Aku yakin akhir-akhir ini selalu bersikap menyebalkan di mata Gojou Satoru. Padahal, aku hanya ingin menghindar dan tidak bermaksud untuk menjadi seseorang yang menyebalkan!

Melihat orang-orang yang mulai menatapku seperti aku adalah orang yang tidak waras, aku berhenti bertingkah aneh di hadapan umum. Baru sadar, ini masih di trotoar jalan. Lalu, kudengar seseorang memanggilku dari belakang. Saat menoleh, wajah perempuan rupawan tampak jelas dihadapanku.

"Eh?"

Bukankah dia ... Utahime?[]

──── ◉ ────

Hayoloh, mau ngapain Orihime datengin [Y/N] ya?🤔 Apakah ini seperti scene² yang ada di film sinetron cinta segitiga?🐧Wkwkwkw.g

Kangen Gojou ga? Chapter selanjutnya bakalan ada Gojou-nya loh~ pantengin terus oke( ꈍᴗꈍ)

Jangan lupa vote ya-! (๑♡⌓♡๑)

The StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang