9. Prom Night

7.5K 341 2
                                    

"YESSSS.... WHOOOOO! GUE LULUS.. LULUSSSS! ALHAMDULILLAH."

Teriakan para teman-temanku terdengar riang sekali di depan mading sekolah ini. Kami semua sedang melihat hasil kelulusan Ujian Nasional.

Aku mencari-cari namaku di selembar kertas yang tertempel pada sterofom dalam kaca mading. Aku penasaran. Aku lulus tidak ya..

"AAAAA... GUE LULUSSSS!" Teriakan ku tak kalah riang dan nyaring daripada yang lain. Oh Tuhan, terima kasih. Ucapku dalam hati.

"Nar, gimana?" Annisa bertanya padaku, aku tersenyum senang, "Kita semua lulus, guys.." Whooo, kami berempat bersorak riang kemudian berpelukan.

"Wah, akhirnya perjuangan gue gak sia-sia." Heni terlihat sangat senang sekali. "Gue juga, Ya Allah seneng banget." Venna pun demikian.

"Eh tunggu, tunggu.. Ingat acara nanti malam, kan? Prom night. Yihaaa."

"Gue dateng, tenang! Gue pasti akan menjadi queen of the years dan dresscode terbaik." Heni berujar dengan percaya dirinya.

"Ih, gue lah pasti yang jadi queen of the years. Secara gitu." Timpal Annisa.

"Gak mungkin lo berdua, pasti gue. Gue kan tambah seksi tau." Venna ikut-ikutan berbangga diri.

"Whoooo.." Mereka saling bersorak.

"Nar, lo gimana? Udah menyiapkan gaunnyakah?" Aku menggeleng lesu. "Gue gak bisa datang kayaknya, gak minat." Ucapku seadanya.

Memang benar. Aku malas sekali hadir dalam acara yang kata anak-anak remaja itu adalah acara paling bersejarah. Pesta dansa di malam hari. Sungguh tak ingin ku hadiri. Aku tak minat. Banyak hal yang membuatku tak ingin datang. Pertama, Starlight di daulat menjadi bintang tamunya. Otomatis, aku akan bertemu dengan Vano. Padahal 1 bulan belakangan ini kan aku sudah berhasil -mencoba- melupakannya. Kedua, acara itu sangat bebas. Dalam arti kata, siapa saja boleh hadir. Pasti akan banyak orang-orang yang hadir, aku sendiri tak suka keramaian. Papaku mendesak untuk hadir lagi dan yang pasti bersama Amanda dan Candy. Belum lagi di tambah kehadiran Acha. Dan yang terakhir, harus -wajib- berdandan dan memakai gaun. Ah, menjengkelkan!

Wajah sahabat-sahabatku terlihat kecewa. "Duluan ya, guys.." Pamitku pada mereka. Aku kemudian langsung meninggalkan aula sekolah. Ku lihat mereka sedih menatap kepergianku.

Beberapa bulan belakangan ini semenjak kejadian waktu itu, aku sedikit berjaga jarak dengan mereka. Bukan maksud ku untuk menjauh. Tetapi aku hanya ingin menyendiri. Toh, selama ini aku juga selalu sendiri. Awalnya mereka sempat tak menyukai perilaku ku yang seperti ini. Lo berubah! Kata mereka seperti itu setiap kali bertemu denganku.

Dalam 2 bulan terakhir setelah Ujian Nasional, kerjaan ku hanya berdiam diri dikamar. Selama itu aku jarang keluar dari kamar, aku depresi.. Melihat perilaku ku yang seperti itu, Oma selalu khawatir. Tetapi saat-saat itu aku tak ingin diganggu oleh siapapun. Beruntung aku tak menjadi gila seperti Mama.

Aku melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Jam 15:00 pas aku baru tiba dirumah.

"Narra, sudah pulang?" Oma menyapaku dengan lembut.

"Hmmm.." Aku hanya berdehem dan segera menaiki beberapa anak tangga dirumahku.

"Narra, tunggu." Suara Oma menghentikan langkahku. "Apa?"

"Oma sudah siapkan gaun yang cantik sekali untuk kamu. Siap-siap ya. Oma juga sudah memanggil perias wajah kesini. Kamu akan tampil paling cantik malam ini." Ah, Oma repot-repot sekali.

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now