13. Masihkah Kau Mencintaiku? (Special Part)

6.4K 291 2
                                    

Annisa memarkirkan mobil jazz putih miliknya di samping mobil pajero hitam di area parkir depan cafe favoritnya ini.

Mobil pajero hitam ini sudah sangat di hafal oleh Annisa. Milik Stevent. Hmm.. Ngomong-ngomong sedang apa mantan kekasihnya itu kemari?

Annisa melangkahkan kakinya menuju ke dalam cafe, tetapi sebelum itu langkahnya tercekat oleh pemandangan di depan cafe.

Pemandangan yang mungkin ia ingin hindari malah ternyata di lihatnya. "STEVENT!" Teriak Annisa sekeras mungkin.

Seseorang yang di panggil atau lebih tepatnya.. Ya, Stevent langsung menoleh bersama gadis yang sedang ia peluk ke arah Annisa. Sepertinya mereka berdua sedang terlibat aksi ciuman yang romantis jika saja Annisa tak menganggu.

"Kamu sedang apa disini?" Tanya Stevent pada Annisa ketika gadis itu sampai di hadapannya.

Annisa mengangkat tangannya lalu mengayunkannya pada pipi kiri Stevent. Ya, baru saja Annisa menampar Stevent. Lumayan keras.

"Aww, kamu apa-apaan sih?!" Keluh Stevent yang tampak sebal. Pemuda itu mengelus pipinya yang sedikit berwarna merah.

"Kamu yang apa-apaan melakukan hal seperti itu di depan umum." Ucap Annisa ketus. Tatapan matanya tajam menandakan bahwa ia tak menyukai apa yang baru saja di lihatnya. Entah ia benar tak suka melihat kejadian seperti itu di tempat ramai seperti ini atau ia cemburu? Hmm...

"Itu hak kami." Sela gadis yang berdiri di samping Stevent.

Annisa memandangnya sebal. "Hak kalian? Seharusnya kalian malu!"

"Jangan menghakimi Raysa seperti itu!" Bela Stevent cepat atas bentakan Annisa pada seorang gadis yang mungkin bernotabene sebagai kekasih Stevent -yang baru-.

"Kenapa? Kalian salah. Jadi aku berhak." Kata Annisa tak mau kalah.

"Sudahlah, Stevent. Jangan menanggapi orang seperti dia. Dia hanya iri sama aku."

Annisa menghela nafasnya berat. Pandangan matanya masih terlihat sebal menatap ke arah Stevent dan Raysa. Kenapa mereka berdua sama sekali tak merasa bersalah? Sudah jelas-jelas salah!

"Iri katamu? Sebelum kamu melakukan hal seperti itu bersama Stevent. Aku sudah terlebih dahulu melakukannya." Annisa seperti memberi kartu mati pada Raysa. Bila di putar kembali, ucapannya ada benarnya juga.

"Memangnya kamu siapa?" Kata Raysa sebal. Mungkin ia sedang berpikir, berani sekali gadis ini mengaku pernah mendapatkan ciuman dari kekasihnya itu.

"Aku mantan pacarnya."

"Cukup!" Stevent berteriak menghentikan perdebatan sengit kedua gadis yang pernah mendampinginya ini. Satu kekasihnya, satunya lagi mantan kekasihnya.

"Aku mau kita pulang, Stev." Ucap Raysa manja sambil menggelayuti lengan kokoh Stevent.

Annisa menghentakkan kakinya kesal. Niatnya semula hanya untuk menikmati kesendiriannya di cafe tetapi semuanya berubah total saat Stevent meneriaki dirinya. Moodnya sudah tak karuan. Dan itu semua karena gadis baru yang mengisi hidup Stevent ini.

"Kalau begitu aku permisi." Annisa berpamitan.

"Hmm.. Tunggu." Cegah Stevent dengan menarik lengan Annisa. Langkahnya pun terhenti. Itu pun lantas membuat Raysa kesal. Mau apa Stevent menghentikan langkah mantan kekasihnya itu?

"Apa?"

"Biar kita pulang bersama."

Baik Annisa maupun Raysa sama-sama menatap bingung ke arah Stevent. Mengapa sih bagi seorang pemuda mudah sekali mempermainkan hati seorang gadis? Semudah itukah?

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now