★ LUS 6 ★

857 47 22
                                    

Liandra Untuk Starla

.
.
.
Selamat membaca~

Kalo ada tipo tolong bantu koreksi, ya

"Star, g—gue harus gimana?!"

Tangis Gladis sejak Starla datang belum jua berhenti. Gadis itu terus menangis hingga hidungnya sembab serta kedua mata membengkak.

Seiring jarum jam berjalan, sampai menunjukkan pukul 21.45 WIB, keributan di rumah Gladis belum juga usai.

Sejujurnya Starla merasa takut, terlebih baru sekarang dirinya menghadapi situasi seperti ini. Mencoba melerai dirasa percuma sebab dia hanya sebatas teman kelas Gladis, tidak lebih dari itu.

"Gue takut, Star! Takut nyokap sama bokap gue pisah!" Dekapan Gladis pada tubuh Starla mengerat. Sesekali dia menahan napas saat keributan di luar kamarnya kian menjadi-jadi.

"Tenang, ya. Gue jadi ikut bingung harus gimana ...."

Bahkan suara Starla berubah gemetar. Panik dan khawatir bercampur satu. Ternyata masalah Gladis sangat berat, bagaimana jika orang tuanya benar berpisah?

Dengan tidak tahu malu, ibu Gladis bermain api di belakang sang suami. Bahkan beliau rela menceraikan pasangan halalnya dan berniat meninggalkan Gladis demi selingkuhan kaya rayanya itu.

"Pokoknya saya ingin bercerai!"

Gladis berlari gesit meninggalkan Starla ketika kalimat tersebut terdengar. Gadis itu jelas kalang kabut, turut berlari menyusul temannya itu menuju kamar orang tuanya.

"Mah, jangan tinggalin aku! Gladis mohon!" Tanpa memikirkan apa pun, dia bersimpuh di kaki sang ibu, meminta agar wanita itu membatalkan niat pergi dari rumah.

"Lepas! Jangan pernah harap saya akan mendengarkan kamu, anak sialan!" balas sang ibu, menendang Gladis hingga terhempas.

Jelas Fikri—ayah Gladis melakukan pembelaan. Tak membiarkan anak gadisnya diperlakukan kasar oleh ibu kandungnya sendiri. "Jangan pernah kembali lagi ke rumah ini! Silakan angkat kaki, saya tidak akan mencegah kamu lagi! Dasar wanita tidak tahu diuntung!"

Wanita itu tak merasa sakit hati atas perkataan pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya. Dia justru sibuk memasukan pakaian, make up, dan perlengkapan lain ke dalam koper dengan tergesa-gesa. "Saya justru menyesal karena sudah menikah dengan pria bodoh seperti Anda!"

Fikri refleks mengangkat sebelah tangan.

"Pah!" Teriakan Gladis yang sedang berada di dekapan Starla menghentikan pergerakan tangan Fikri. Dia lantas melerai kedua tangan Starla, maju mendekati Fikri guna menurunkan tangan pria yang masih terangkat di udara. Dengan derai air bening, mulut kemudian berujar, "Aku mohon, maafin Mamah. J—jangan biarin Mamah pergi ...."

"Tapi, Nak—"

Tin! Tin!

"Sudahlah! Saya tidak peduli dengan nasib kalian berdua. Sekarang saya akan pergi dari sini, kekasih kaya saya sudah menunggu di luar!" Si wanita berambut sebahu itu menarik kopernya ke luar, mengabaikan teriakan histeris Gladis di belakang.

Lagi-lagi Starla menyusul. Berusaha berperan sebagai tampeng Gladis yang senantiasa meraung tak karuan dan berujung diabaikan untuk kesekian kali. Bahkan ketika dia terjatuh di tanah berlumpur, ibunya tetap mengabaikan. Beliau tanpa beban memasuki kendaraan berwarna hitam yang dipastikan adalah mobil milik kekasih gelapnya.

"Mamah! Jangan tinggalin Gladis! Gladis butuh Mamah di sini!"

Bersamaan dengan deru mobil, suara geledek dari langit menggelegar. Starla sigap membantu tubuh lemas Gladis agar berdiri tegap, seakan tak pernah bosan melakukan hal serupa dia mendekapnya lagi.

Liandra Untuk Starla [SELESAI]Where stories live. Discover now