★ LUS 28 ★

631 30 18
                                    

Liandra Untuk Starla

.
.
.
Selamat membaca~

Kalo ada tipo tolong bantu koreksi, ya★

"Ada apa, ya, Kak?"

Baru kali ini Dafal berkunjung ke kediaman mantan kekasih dari sang adik sepupu. Jika saja keadaan tidak memburuk pun situasi baik-baik saja, cowok itu pasti tidak akan ikut campur sejauh ini. Apalagi dia datang seorang diri ke sana, berniat mencari jalan keluar melalui penyebab masalah dalam hubungan Starla dan Lian secara langsung.

"Ada waktu? Gue mau ngomong sama lo."

Gladis sontak mengangguk. Membuka pintu sedikit lebih lebar guna memberikan akses masuk kepada lelaki di depan raga. "Masuk aja, Kak."

Dafal pun menginjakkan kaki di area ruang tamu rumah Gladis. Bokong lantas mendarat di kursi kayu panjang yang terasa keras, sebelum dia bertanya lagi, "Cuma sendiri?"

"Iya, bokap lagi kerja. Oh, ya ... Kakak mau minum apa? Tapi, maaf. Cuma ada teh manis sama kopi item," ujar Gladis menawarkan.

"Nggak perlu. Gue cuma mau minta penjelasan aja dari lo. Soal hubungan lo sama Lian dulu."

Air muka Gladis berubah kilat. Awan mendung seketika mampir di sana, menunjukkan bahwa permintaan Dafal barusan adalah hal yang berat. "Kalo soal itu ...."

"Gue nggak bermaksud ikut campur. Gue cuma mau tau asal usul kenapa problem itu bisa ada. Bahkan lo tau, sekarang hubungan adik gue dan ceweknya lagi bermasalah," kata Dafal saat mengetahui sang lawan bicara berniat menolak.

Mendengar penuturan tersebut, gadis yang mengenakan baju berwarna biru muda itu refleks menggigit bibir bagian bawah. Dengan gugup, menduduki kursi single kosong di sisi kiri meja persegi panjang. "Sorry, Kak. Bukan gue nggak sopan, tapi mending Kakak pulang aja. Karena percuma, Kakak nggak akan dapet jawaban di sini."

Alih-alih tersinggung, Dafal melukis senyum miring. Tubuh merubah posisi menjadi menyerong ke arah di mana Gladis menempatkan diri. "Kenapa? Bukannya lo peran utama dalam kasus ini? Harusnya lo punya mental buat nyelesein 'kan?"

"Gue nggak mau bahas ini. Jadi, silahkan Kakak pulang aja," ujar Gladis tegas lalu  bangkit dari kursi.

"Lo itu temen Starla 'kan? Tapi, kenapa lo seolah jadi orang yang nggak tau diri dan nggak tau berterima kasih?"

Kalimat itu dengan cepat mampu mempengaruhi tingkat emosi Gladis. Napas gadis itu langsung naik turun, kentara sekali jikalau sedang menahan gejolak amarah. "Kakak bisa bahasa manusia 'kan? Mau pergi baik-baik atau gue usir dengan cara kasar?"

"Satu yang perlu lo inget, dengan tindakan lo ini ... lo bakal kehilangan temen lagi."

Gladis sampai menutup kedua telinga menggunakan telapak tangan agar tidak mendengar setiap kata dari mulut Dafal. Mencegah bertambahnya pikiran negatif akibat setiap susunan kata Dafal yang memang sesuai kenyataan.

Sebut saja Gladis munafik karena hanya memikirkan diri sendiri pun meragukan ketulusan Starla.

"Gue nggak peduli! Lebih baik sekarang Kakak pergi! Atau gue teriakin maling!"

"Pergi, Kak! Pergi!"

Tanpa berbasa-basi lagi, Dafal memilih beranjak dari sana. Niat klarifikasi berujung sia-sia, mungkin lain waktu dia akan datang kembali ke tempat ini.

"Argh! Banu sialan! Semua ini gara-gara dia!" Gladis terduduk lemah di atas kursi semula. Saking paniknya tadi, kulit wajah sampai memerah samar.

Liandra Untuk Starla [SELESAI]Onde histórias criam vida. Descubra agora