★ LUS 23 ★

484 24 16
                                    

Liandra Untuk Starla

.
.
.
Selamat membaca~

Kalo ada tipo tolong bantu koreksi, ya★

Malam kedua di Bali justru menjadi malam paling menggelisahkan teruntuk Gladis. Dia terdiam seorang diri di dalam kamar hotel. Sedangkan dua penghuni lainnya tengah ke luar bersama pasangan masing-masing.

Sejujurnya dirinya merasa takut, apalagi keheningan seolah mendominasi. Ingin ikut keluar bersama Lian dan Starla, tetapi khawatir dia akan bertemu dengan sosok itu di sana.

"Gue harus gimana ...."

Mendadak perutnya berbunyi, mengingat dia belum sempat makan apa pun sejak pulang dari pantai. Terlalu sibuk memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi sampai membuat pikiran sukar fokus pada satu hal.

"Nyesel gue ikut ke sini!" Mendadak jua air mata Gladis menetes. Spontan kedua pipinya basah oleh air mata.

Kenapa cowok itu harus kembali terlihat setelah tiga tahun mereka tak berjumpa?

Ting!

Bahkan Gladis sukses dibuat terkejut hanya karena notifikasi ponsel. Dengan hati-hati dia membuka pesan dari nomor asing. Seketika hati kian gelisah pun air mata semakin gencar luruh menyapa kedua pipi.

Buru-buru dengan tangan gemetar gadis itu mencoba menghubungi nomor bunda Lian. Namun, tak ada respon sama sekali. Alhasil dia menghubungi nomor Starla dan dalam hitungan beberapa detik sang empu langsung menanggapi.

"Ha---"

"Star! Cepet lo balik! G---gue takut sendirian!" Nada bicaranya yang terbata-bata dan gemetar jelas memancing kekhawatiran sang lawan bicara di seberang.

"Lo baik-baik aja 'kan?" tanya Starla di balik telefon.

"Gue bener-bener takut! Plis, tolongin gue!"

"Oke, tunggu gue balik sama Lian. Jangan lupa kunci pintunya!"

Tut!

Gladis meletakan asal benda pipih di tangan setelah sambungan tersebut terputus. Dia langsung menutupi seluruh tubuh menggunakan selimut putih. Isi pesan dari orang yang dia temui di pantai sungguh mengusik ketenangan.

"Li---lian, gue butuh lo ...."

Kelopak matanya pun menutup perlahan. Baru lima detik berusaha menenangkan diri, ketukan pintu menimbulkan ketakutannya lagi. Air mata tak segan menetes kesekian kali hingga pernapasan menjadi terganggu.

"Dis, buka! Ini gue!"

Mengenali suara itu, sontak Gladis turun dari ranjang. Buru-buru membuka pintu yang dikunci lantas memeluk sosok yang muncul kemudian.

"Ssttt, tenang, ya. Udah ada gue di sini." Starla membawa Gladis menuju tempat tidur. Sebisa mungkin menenangkan gadis yang sesenggukan di dekapannya.

"Jangan tinggalin gue. G---gue bener-bener takut."

Sejujurnya rasa penasaran Starla sudah memuncak mengenai alasan mengapa Gladis sejak siang tadi merasa ketakutan. Namun, dia menahan diri agar tidak bertanya lebih lanjut. Yang temannya butuhkan saat ini yaitu sebuah hiburan dan ketenangan. Meskipun dalam lubuk terdalam dirinya jua merasakan kegelisahan.

"Tenang, ya. Jangan nangis lagi," ujarnya mengusap puncak kepala Gladis. "Gue bawain makanan buat lo. Mau?"

"Nggak laper." Bertepatan dengan jawaban itu, dua orang lain masuk ke dalam kamar mereka.

Liandra Untuk Starla [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang