★LUS 27 ★

582 30 20
                                    

Liandra Untuk Starla

.
.
.
Selamat membaca~

Kalo ada tipo tolong bantu koreksi, ya★

"Lo kira lucu?" Starla langsung bangkit dari sisi ranjang ketika Lian justru tersenyum lebar. Gadis itu keluar dari kamarnya tanpa sepatah kata lagi. Dia jelas merasa kesal saat mengetahui bahwa Lian berpura-pura tak sadarkan diri.

Tetesan air matanya terbuang sia-sia pun rasa khawatir telah membuang banyak waktu. Belum lagi susah payah dia membawa tubuh cowok itu menggunakan taksi dan menghubungi orang tua Lian agar segera datang ke rumah. Meskipun cowok itu berjasa kepadanya, tetapi tetap saja kedongkolan menguasai jiwa.

"Starla jangan marah ...."

Starla bungkam. Memilih duduk di sofa ruang tamu sembari memainkan ponsel. Menunggu kedatangan Ilona dan Damar yang sedang berada di perjalanan. Sedangkan Aurora hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan drama percintaan anak remaja di depan mata.

"Lagian kamu, ngapain pake pura-pura segala, sih?" ujar Aurora pada Lian, meskipun ujung-ujungnya diabaikan.

Dia lebih tertarik mendekati sang kekasih lalu bersimpuh di hadapannya, tak lupa memasang raut memelas. Berharap kekesalan Starla cepat menguap. "Jangan marah. Aku cuma mau ngetes seberapa khawatirnya kamu sama aku."

"Awas, ah! Gerah tau nggak, sih!" Starla mengibaskan tangan bermaksud menjaga jarak dengan Lian. Namun, cowok itu malah jatuh terlentang di lantai akibat tak sengaja terkena tangan Starla.

"Star!"

Atensi Starla beralih ketika suara tersebut terdengar dari arah pintu. Kebetulan dia tidak mengunci benda persegi panjang itu sehingga Gladis yang baru datang beserta orang tua Lian bisa langsung menginjakkan kaki ke dalam.

"Lo keterlaluan banget, sih!" Gladis bergegas membantu Lian bangkit walaupun pada akhirnya tertolak oleh cowok itu.

Sefi yang baru muncul seraya membawa nampan berisikan minuman juga camilan ringan dibuat bingung oleh kegaduhan kecil di ruang tamu. Wanita itu meletakan bawaan di tangan ke atas meja lantas bertanya, "Lian udah baik-baik aja?"

"Kamu nggak papa 'kan, Sayang?" tanya Ilona kepada sang putra. Dia bahkan meneliti kulit Lian dari atas sampai bawah. Tidak ada yg terluka parah, sekadar lecet ringan pada bagian siku.

"Tan, ternyata tadi Lian cuma pura-pura pingsan. Makanya aku kesel sama dia," kata Starla memberi tahu, tak mau ada kesalahan pahaman yang menyebabkan dirinya dicap buruk sebab perilakunya tadi.

"Bener?" Sontak Ilona menjewer telinga putra semata wayang sesudah sang empu mengangguk ringan. "Kamu ini bener-bener, ya! Kaya anak kecil tau nggak!"

"Maaf, Bun! Aku cuma mau tau seberapa khawatir Starla sama aku!" Lian mengusap daun telinga yang terasa amat panas setelah jemari sang bunda terlepas dari sana. "Galak banget sama anak sendiri."

"Bunda kamu tadi hampir nangis di rumah gara-gara kamu," ucap Damar baru angkat bicara. "Lain kali jangan diulangi. Kamu cowok, nggak sepantasnya kaya gitu."

"Iya, Yah. Maaf."

Menyaksikan drama ini, bola mata Starla spontan memutar malas. Kegerahannya naik drastis kala Gladis turut datang padahal dirinya tak pernah meminta. Karena enggan terjebak dalam situasi semenyebalkan ini, dia berjalan ke sisi berniat membebaskan diri dari tengah-tengah mereka. Namun, gara-gara jeratan jemari Lian, langkahnya harus tertahan.

"Mau ke mana?"

"Istirahat. Capek!"

"Tapi, kamu udah maafin aku 'kan? Aku bener-bener minta maaf, loh." Suara lembut Lian mengalun indah di indra pendengaran Starla. Namun, meski demikian, rasa kesal masih tetap bersarang di kalbu.

Liandra Untuk Starla [SELESAI]Where stories live. Discover now