08

49.9K 5.1K 129
                                    

Dasya memandangi arah depan dengan sorot mata heran tak lupa dengan alis yang berkerut. Ada yang aneh?

"INI SUDAH JAM 7 DASYA, CEPAT BERANGKAT." Ucap Mami Vio, dari dalam rumah.

Merasa tak ada sautan dari mulut Dasya, mama Vio pun menyusul keluar, "Kenapa belum berangkat, hm?"

Dasya tidak menjawab melainkan memaju-majukan wajahnya, mami Vio yang heran pun kini melihat arah pandang Dasya.

"Loh loh itu mobil siapa?" Tanya mami vio heran. Pasalnya walaupun mobil keluarga Knightley banyak tapi dia sangat yakin betul bahwa 2 mobil dihadapanya itu bukan miliknya

"Gak tau." ucap Dasya cuek.

Heran, tentu. Bisa-bisa nya mobil dengan harga miliyaran itu bisa kesasar dirumahnya. Buggatti veyron super sports dan Lamborgini reventon.

Lamunan Dasya buyar kala tiba-tiba pengendara mobil itu sudah berada didepannya. Ah lebih tepatnya berada didepan Maminya.

"Huhhh." Dasya menghembuskan nafas jengah melihat dua pengendara mobil itu menyalimi Maminya.

'pencitraan.' pikirnya.

"Kalian siapanya Dasya ya?" Tanya mami Vio heran, Tapi tak unjung merasa familiar juga dengan salah satu diantara mereka.

"Pacarnya Dasya."

"Masa depanya Dasya."

Jawab dua orang itu barengan. Sedetik kemudian mereka saling pandang dengan sorot mata penuh permusuhan.

"Bohong Ma, mereka itu gelandangan yang nyasar." Dari tadi diam, kini Dasya bersuara. Bisa dibilang sekali gerak, mematikan.

"Hust, jaga ucapan mu Dasya."

Mendengar ucapan Mami Vio, Dasya hanya memutar bola matanya malas. Seakan sudah benar-benar muak sekali dengan situasi. Dasya berucap "Jadi, kalian ngapain ke sini?"

"Jemput lo." ucap Aksa.

Setelah dari menatap aksa matanya beralih menatap zero, seakan mencari jawaban.

"Sama, mau jemput lo." Ucap Zero.

"Oh, tapi sayangnya gue berangkat bareng supir."

'oh drama remaja' Batin Vio, Dia sudah mengetahui dan paham situasi sekarang.

"Berangkat sama gue aja." Ucap Zero penuh harap.

"GAK. Dasya berangkat sama gue." Ucap Aksa dengan sarkasnya, tak lupa genggaman tanganya yang semakin mengeras untuk menahan amarah yang akan membuncak.

"Lo apa-apaan sih, gue duluan yang dateng kesini." Ucap Zero songong.

"Kalian kenapa malah berantem sih? Gue be——" Ucapan Dasya terhenti kala mendapati suara deru montor yang mengalihkan perhatian.

Bukan hanya Dasya, Aksa, Zero dan Vio juga demikian.

Orang itu turun dari motornya, menghampiri keempat orang itu.
"Tante, Reina nya ada?"

Oh ini dia Daxion, pastinya.

Vio memang sudah kenal dengan Daxion karena mendengar curhatan Dari Dasya kala itu. Sebenarnya mami vio agak kesel dengan Daxion sebab dia dulu membuat Dasyanya menjadi sakit hati.

"Masih didalem, tunggu aja."

Daxion mengangguk, sebenarnya dia penasaran dengan apa yang terjadi dengan keempat orang itu. Tapi apalah daya? Mau bertanya, tapi gengsinya yang sangat tinggi menyebabkan dia mau tidak mau harus mengurungkan niatnya.

Aksa tanpa basa-basi langsung menggandeng tangan kiri Dasya untuk diajak berangkat bersamanya.

'Aksa kenapa pakek acara ngegandeng tangan Dasya sih, lebay banget.' Sadar atau gak sadar hati Daxion jengkel melihat interaksi Aksa dan Dasya.

Zero tak mau kalah pastinya, Dia dengan gerakan cepat mengandeng tangan kanan Dasya, menyebabkan Aksa berhenti dari langkahnya.

Aksa membalikan badan, rahangnya mengeras. Dia sangat tidak suka bila jalanya dihalangi.

Genggaman tangan mereka berdua semakin  kuat, menyebabkan Dasya meringis kesakitan.

"Awss."

"HEI KALIAN MELUKAI PUTRI SAYA, BODOH."

Dasya menoleh kearah sumber suara, Diasana terdapat papi-nya yang sedang memandangi Aksa dan Zero tajam.

Aksa dan zero yang sadar akan perbuatannya langsung melepaskan tanga Dasya. Mereka merutuki kebodohan-nya akibat sudah menyakiti Dasya.

Vero—Papinya—melangkahkan kakinya menuju Dasya. Dia lantas menggadeng tangan Dasya dan melanjutkan langkahnya menuju mobil yang tak kalah keren. Sebelum itu papi Vero berucap. "Dasya berangkat sama saya, Jika kalian menginginkan putri saya, langkahin dulu mayat saya."

Vio menatap kagum suaminya itu, menurut-nya Vero sangat keren iwawww.

Aksa, Zro, Daxion mengaga. Ini luar biasa! Harga diri mereka seperti terinjak-injak. Mereka kesini membawa motor dan mobil sport tetapi itu semua tidak ada apa - apa nya bila dibandingkan dengan harga mobil yang dianaiki Vero dan Dasya sekarang ini.

Sedangkan didalam mobil, Vero menyeringai menatap trio cecurut itu dari kaca spion.

'1-0 boy, hampir aja gue dikalahin sama trio cecurut. Enak aja! Mau ngambil perhatian Dasya dari gue sama Vio.'  batin Vero.

Sedangkan seseorang yang melihat interaksi kedua anak dan ayah itu, dia meremas tanganya kuat, menyalurkan rasa iri yang semakin lama semakin tumbuh.

AKSARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang