38

11K 1.1K 9
                                    

"Kalian apa-apaan sih! Lepasin gak?!" Geram Dasya menatap dua cowo yang mencekal tanganya dengan bergantian. Tak habis pikir, padahal perutnya sudah keroncongan ingin segera makan dikantin. Tetapi dua cowok itu merusak rencananya.

Tak ada sautan dari mereka.

Melihat respon mereka, Dasya dengan kasar menyentak tanganya. Membuat cekalan itu terlepas.

"Mau kalian apa?"

"Mau lo," Jawab Aksa dan Zero secara bergantian.

"Oh maaf tapi gue yang nggak mau sama kalian." Ucap Dasya malas. Sedikit nylekit ya!

Tiba-tiba munculah sebuah ide dibenak Dasya. "Kalian suka sama gue?" Tanyanya, padahal jawabannya sudah pasti 'iya'

"Sure,"

"Banget."

Dasya mangut-mangut tanda mengerti. Lalu ia melanjutkan sesi pertanyaannya. "Apa alasan kalian suka sama gue?"

"Lo itu—"

"Karena lo—"

"Satu-satu." Ucap Dasya penuh dengan penekanan. Kepalanya benar-benar pusing menghadapi makhluk seperti mereka yang sialnya tampan.

"Karna lo itu lo. I love you 101." Ucap Zero mengawali.

Mendengar jawaban Zero yang out off the Topic membuat Dasya menepuk jidatnya kesal. Kenapa mereka jadi seperti ini?! Sangat konyol.

"Kalau lo, Aksa?"

"Gak ada alesan buat gue gak suka sama lo. Lo sempurna, lo satu-satunya ciptaan tuhan yang bahkan gue kagumi parasnya. Gue cinta, cinta, cinta banget sama lo."

Gue rasa nih dua bocah level cintanya udah ketahap obsesi. Batin Dasya.

Dasya mangut-mangut saja, Dirinya bertanya demikian bukan tanpa sebab. Malainkan mencari titik terang pelaku penculikan.

Melihat betapa obsesi mereka terhadap dirinya, apakah mungkin salah satu dari mereka adalah pelakunya?

Sepertinya tidak!!

Ah, tapi tidak ada yang tidak mungkin kan? Logikanya ucapan bisa dimanipulasi. Dan Dasya sadari dua cowok disampingnya ini bukan cowok sembarangan.

"Gue orangnya pendendam. Gue harap bukan salah satu diantara kalian. Cuman pelaku yang akan paham."

_____________

Sehabis sekolah, Dasya tadi langsung pulang kerumah. Ia berjalan dengan lesu, seperti tak ada minat sama sekali. Akhir-akhir ini moodnya tak terkendali.

Ceklek ...

Memasuki kamar mewah itu, kemudian merebahkan dirinya dengan nyaman. Suasana hening, hanya terdengar bunyi jam dinding yang menempel diruangan.

Keheningan itu tak bertahan lama karena ada bunyi panggilan masuk dari Handphone nya.

"Siapa sih ganggu banget!!" Ucapnya kesal, ia merubah posisinya menjadi duduk, merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih itu.

"Mama, papa?" Gumamnya.

Tanpa berpikir panjang, Dasya memencet ikon hijau yang tertera disana. "Hallo?"

"Hallo," Suara lembut itu bercampur dengan suara bariton.

"Kalian kapan pulang? Katanya cuman sebentar tapi ini udah beberapa hari loh," Cerocosnya langsung. Dirinya memberengut kesal, tentu tak dapat dilihat oleh Vero dan Vio.

Terdengar bunyi kekehan disebrang sana, "Sebentar lagi, sekarang belum waktunya. Kita beresin dulu yang disini," Ucap Vero.

"Cepetan, Dasya sendirian disini." Sepertinya Dasya sudah terlalu mendalami peran, Semoga saja tidak menjadi Boomerang.

"Kamu nggak sendirian, Nak. Mama sama Papa selalu ada disamping kamu, jagain kamu walaupun dari jauh. Kemarin, sekarang, selamanya." Ucap Vio.

Dasya mengerutkan alisnya tanda ada sesuatu yang aneh. Perlu kalian garis bawahi bahwa Dasya itu mempunyai radar kepekaan yang tinggi.

"Ada yang kalian sembunyiin dari Dasya?" Ia tahu, Kedua orang tuanya memiliki maksud tertentu diperkataanya.

"Nothing, Hanya ingin."

"Jangan sembunyiin apapun dari Dasya, Apalagi hal besar," Ucapnya menekan.

"of course, baby girl." Suara bariton Zero terdengar.

Bulu kudu Dasya merinding dibuatnya. Kalau saja Vero bukan papanya pasti sudah dia gebet.

"Ingat!! Jangan pernah terlihat lemah. Jangan tunduk dengan siapapun!!" Ucap Vero.

"Dasya, you know? Lawan yang paling berbahaya adalah orang terdekat?"

AKSARA [END]Where stories live. Discover now