Aku masukin lagu di bagian atas, kalau kalian mau pas baca lebih ada feelnya, sambil diputer yaaaahhh musik yang di atasssss, enjooooyyyyyyyy
...
Minggu pukul sembilan pagi, Jaehyuk sudah berada dalam mobil bersama kakak tertua Ayahnya yang kini sibuk menceritakan teman sejawatnya. Paman Jaehyuk merupakan seorang tentara aktif yang menunggu pensiunnya tahun ini.
Berbekal sepucuk kertas sedikit usang yang bertuliskan alamat dan google maps, sejak pagi tadi Jaehyuk mau tidak mau menunda agenda tidur hingga siangnya karena sang paman sudah menyuruhnya siap-siap mengantarnya.
"Kabar terakhir yang Pakde tau, Pak Akio ini sekarang diatas kursi roda, Jae," Cerita Paman, "Padahal Bapaknya gagah, fisiknya kuat, tapi setelah istrinya meninggal, beliau kena stroke,"
Jaehyuk mengangguk sembari fokus menyetir, "Pakde kapan terakhir ketemu?" Tanyanya.
"Kurang lebih dua tahun lalu, waktu melayat istrinya Pak Akio, beliau punya anak yang seumuran kamu kayaknya, atau lebih tua dari kamu ya? Lupa pakde." Katanya mencoba mengingat.
"Cowok apa cewek anaknya?" Tanya Jaehyuk lagi.
"Cowok cewek, dua bersaudara."
Jaehyuk berhenti di lampu merah, "Berarti yang urus sekarang dua anaknya itu ya, Pakde?"
"Iya, dua anaknya itu, dibantu sama pembantu sama kakak perempuannya Pak Akio, mereka tinggalnya jadi satu gitu, Jae. Rumahnya besar, dua bangunan sebelahan kayak rumah kembar gitu, antara satu rumah sama rumah yang lain dipisah pakai gazebo kecil ditengah." Cerita Paman begitu excited, "Kaya banget Jae, Pak Akio ini. Punya warisan kelapa sawit berhektar-hektar yang dibagi sama kakak perempuannya ini, tapi walaupun gitu, tetep rendah hati orangnya."
"Ini alamat rumahnya bener di Rasuna Said kan, Pakde? Jaehyuk juga punya teman kantor yang tinggal di area sini," Ujarnya memberi tahu.
Pakde mengangguk, "Iya kok, bener. Ini Pakde juga buka share loc yang dikirim anaknya bener, tinggal tujuh belas menit lagi," Jawabnya semangat sembari membaca google maps di ponselnya.
Semakin berkurang waktu perjalanan, semakin Jaehyuk curiga. Ah, masa sih. Ujar batinnya sedari tadi tidak percaya.
Baru ketika Jaehyuk berhenti di depan rumah yang sedari tadi dicurigainya, Jaehyuk menepuk keningnya lumayan keras.
"Ini mah rumah temen kantor Jaehyuk yang tadi Jaehyuk ceritain, Pakde."
Seorang laki-laki paruh baya setengah berlari ke arah depan, "Tamunya Pak Akio? Monggo, sudah ditunggu," Sapanya ramah sembari membuka gerbang lebar-lebar.
"Bawa masuk saja mobilnya, bisa parkir di samping," Tambahnya memberi tahu Jaehyuk.
Pakde berjalan masuk, membiarkan Jaehyuk mengikuti arahan laki-laki paruh baya yang kini menunjukkan harus dimana mobilnya di parkir.
"Mari, saya antar ke dalam," Ujar laki-laki tersebut, menuntun Jaehyuk berjalan kembali ke pintu utama di bagian depan setelah memarkirkan mobilnya di bawah jejeran pohon cemara yang rindang.
Barusaja Jaehyuk mencapai pintu, suara keras dari Pakde dan Pak Akio yang sedang bercanda sambil tertawa menembus gendang telinganya.
"Ini lho, ponakanku yang tak ceritakan, katanya temen kantor anakmu ternyata," Cerita Pakde menggebu-gebu. Jaehyuk dengan sopan mencium punggung tangan Pak Akio yang ada diatas kursi roda.
"Namanya siapa?" Tanya Pak Akio ramah.
"Jaehyuk," Jawabnya tegas. Jaehyuk beralih menatap ke arah tangga yang cukup megah dengan warna perpaduan putih gading dan maroon, yang dibagian temboknya terpasang foto empat orang dengan senyuman mirip satu sama lainnya berukuran sangat besar, dan foto-foto kecil lain yang ditata rapi disepanjang tembok tangga yang melengkung siku-siku.
YOU ARE READING
POJOK KUBIKEL (JAESAHI)
FanfictionSejak pertama kali datang ke kantor baru, Asahi tau bahwa sosok Jaehyuk begitu menarik dimatanya. Gesturnya duduk tegap selagi membuat laporan didepan komputernya, atau ketika duduknya berubah jadi setengah menyandar ketika mendekati jam makan siang...
