part 6

2.3K 172 1
                                    

Bismillah

RUMAH NENEK

#part 6

#by: R.D.Lestari.

Malam itu hujan turun dengan deras. Udara dingin dan angin kencang beberapa kali menerpa jendela hingga bergetar.

Bagas dan Ghandy beberapa kali mengintip di jendela kamar saat terdengar bunyi dahan pepohonan lapuk yang patah dan juga bunyi gemuruh juga kilatan cahaya di langit malam yang gelap.

"Kak, jangan lupa baca doa. Ngeri kalau sampai mati lampu," Ghandy memperingatkan Bagas.

Dua kakak beradik itu sekarang tampak sangat kompak, semenjak bertemu dengan ibu-ibu di musholla.

Tap!

Tiba-tiba lampu mati, bertepatan dengan bunyi gelegar di luar dan kilatan cahaya yang nampak jelas di balik tirai.

Seketika itu pula Bagas dan Ghandy berpelukan. Kamar seketika gelap. Hanya sesekali terpapar sinar dari kilat yang menyambar-nyambar.

Ning-nang-ning-nung!

Ning-nang-ning-nung!

Terdengar bunyi dentingan gamelan sayup-sayup. Ghandy dan Bagas saling menatap. Seolah mendengar bunyi yang sama.

"Ba--baca doa, Kak," lirihnya.

"Bi--bis--mil....,"

Suara Bagas bergetar, belum sempat ia membaca doa, terdengar suara cakaran di kaca jendela kamar.

Napas Bagas langsung memburu, dadanya naik turun, begitu juga Ghandy. Keringat dingin mengucur diantara anak rambutnya.

Suara cakaran di luar semakin nyaring berlomba dengan suara dentingan gamelan yang semakin terdengar jelas.

Dua anak lelaki itu semakin erat saling memeluk, mata mereka menutup. Tak ada seorang pun yang berani menoleh ke arah jendela.

Dalam ketakutan, Ghandy mulai melantunkan doa, Bagas yang mendengar ikut bersuara.

Awalnya hanya lirihan, tapi semakin lama semakin kencang.

"Hhhhhssshhhh!"

Seperti mendapat tanggapan, terdengar suara desisan di luar. Seketika udara sekitar kamar yang semula dingin menjadi panas.

Suara desisan berubah menjadi rintihan saat doa mengalun merdu.

"Akhhhh, awasss kaliannn!"

Suara ancaman terdengar sayup-sayup, dan udara kembali terasa dingin.

Suasana hening, hanya terdengar suara hujan lebat yang mengguyur bumi.

***

Sementara di kamar, Ajeng merasa amat gelisah. Mati lampu yang tiba-tiba membuat AC di kamarnya menjadi tak berfungsi.

Ia ingin beranjak untuk mencari lilin keluar, tapi gerakannya terhenti saat ia mendengar bunyi ketukan.

Awalnya ketukan itu terdengar pelan, tapi lama kelamaan mulai terdengar kuat dan bersahut-sahutan.

Pupilnya membesar, pandangannya menyisir sekitar kamar mencari sumber suara.

Ajeng menarik kakinya. Tubuhnya bergetar karena takut. Gelap, hanya kilatan cahaya dari luar yang masuk diantara ventilasi menjadi sumber cahaya.

Bunyi ketukan berhenti, berganti dengan ranjangnya yang tiba-tiba bergoyang.

"Akhh! si--siapa kalian! jangan ganggu aku!" teriak Ajeng saat ketakutan kembali menguasai dirinya.

Rumah Nenek Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz