part 21( End)

2.3K 178 18
                                    

Bismillah

                  RUMAH NENEK

#part 21(end)

#R.D.Lestari.

Wanita berkebaya hitam dan makhluk berbulu lebat itu menutup telinga dan meronta.

"Panaasss! hentikan! panass!" teriaknya dengan garang dan lantang.

Bukannya berhenti, tiga orang Ustad itu semakin lantang melantunkan doa-doa yang membuat tempat itu bergoyang dan retak.

Mata wanita itu melotot dan darah keluar dari seluruh lubang di wajahnya, Ajeng menarik tangan Sada dan berlarian menuju ketiga Ustad yang meski terengah tak henti mengucap doa.

Suasana semakin riuh dan ramai. Tangis menyayat hati terdengar silih berganti.

Lolongan dan jerit minta tolong memenuhi setiap sudut ruangan. Ajeng berpegangan pada Sada yang dengan sigap membawanya dalam pelukan.

Satu persatu makhluk dengan wajah mengerikan itu tumbang, begitu pun wanita berkebaya hitam yang semakin lama wajah cantiknya berubah keriput dan gelambir di seluruh tubuh.

Tubuh tetap itu membungkuk dan rambut legamnya memutih tanpa tertinggal sehelai pun.

Tubuh ringkih itu melangkah pelan ke arah tiga Ustad dengan menggeram marah.

"Sialan! kalian akan mat* di tanganku!" desisnya dengan suara serak dan parau.

Sedang makhluk berbulu itu terbakar dan meronta, tangisnya memekakkan telinga, meminta tolong hingga tubuhnya menghangus dan menjadi abu.

Belum lagi wanita yang di panggil Nyai itu mendekat, tubuhnya sendiri semakin ringkih dan terjatuh.

Sama seperti makhluk hitam berbulu, tubuhnya di selimuti api dan menghitam. Ia menjadi segumpal asap hitam dan hilang.

Tiba-tiba tercipta pusaran tak jauh dari tempat mereka berdiri. Pak Ustad memerintah untuk masuk, kesempatan mereka untuk bisa bebas dari belenggu kerajaan iblis.

Namun, Ajeng menolak. Ia ingin melepaskan para tawanan yang kini terpenjara. Karena di sana ada mamanya dan juga Bi Jumi.

"Jeng, ayo, keluar bersama kami," pinta Sada.

"Ga bisa, Mas. Ada Mama di penjara. Ajeng harus nyelamatin Mama,"

"Tapi, Mbak Ajeng ...,"

Saat ketiga Ustad itu sudah bersiap untuk masuk, Sada malah mengikuti Ajeng yang berlarian menyusuri lorong panjang yang lembab.

Kecipak air terdengar bersahutan dengan langkah kaki yang menghentak memburu waktu.

Deru napas yang bergemuruh dan tersengal, berpacu dengan bumi yang bergetar, dan langit-langit yang mulai retak.

Sada meraih tangan Ajeng dan mereka berlarian secara beriringan.

"Mama!" panggil Ajeng di sela isak tangisnya.

"Ajeng! tolong Mama!"

Ajeng berlari semakin cepat, dan ...

Cranggg!

Tanpa sengaja kakinya menendang kunci yang ada di lantai berair.

Ia terhenyak. Ke mana semua penjaga? mengapa penjara menjadi sepi tanpa penjagaan?

Ajeng lalu meraih kunci dan mendekat ke arah penjara. Satu, dua dan tiga pintu penjara akhirnya terbuka, tapi ... saat tiba di pintu penjara mamanya, di kejauhan tampak bangunan rubuh dan atap yang runtuh.

"Ajeng! cepat!" teriak Sada.

"Sudah, Ajeng. Selamatkan nyawamu! kau pantas hidup. Mama tak apa, Nak,"

Je hebt het einde van de gepubliceerde delen bereikt.

⏰ Laatst bijgewerkt: May 25, 2022 ⏰

Voeg dit verhaal toe aan je bibliotheek om op de hoogte gebracht te worden van nieuwe delen!

Rumah Nenek Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu