part 10

2K 176 1
                                    

Bismillah

RUMAH NENEK

#Part 10

#by: R.D.Lestari.

Krietttt!

Suara pintu membuat Ajeng terjingkat. Gadis itu menatap awas pintu yang terbuka dan menyembul wajah nenek-nenek yang baju kemben dan kain jarik yang lusuh.

Tubuhnya amat kurus, berbalik kulit dan tulang. Matanya sayu dan jalannya terpincang.

Ajeng yang saat itu duduk diatas ranjang, beringsut menjauh saat sosok itu menyerahkan nampan yang berisi mie dan juga segelas teh. Meski remang, Ajeng bisa melihat sekitar berkat sinar yang masuk di antara ventilasi ruangan.

"Makanlah! atau kau akan mat* sia-sia!" desisnya dengan suara parau.

Ajeng bergidik ngeri. "Ne--nek ... di--dimana kita?" ucap Ajeng lirih.

Nenek yang hendak berbalik mendadak menghentikan langkahnya.

"Yang jelas kita bukan di dunia, dan jangan harap bisa kabur, karena kita akan abadi di sini," Nenek itu kembali melangkah menjauh.

"Ne--nek,"

Brakkk!

Pintu di tutup keras. Ajeng terdiam. Benarkah ia tak berada didunia? jika benar, kenapa ia masih merasakan lapar seperti saat di dunia? bukankah orang yang sudah meninggal tak punya rasa? itu yang ia dengar dari orang-orang.

Ajeng menoleh ke nakas di sebelahnya. Perutnya lapar. Ia kemudian meraih mie dan teh yang nampaknya lezat.

Saat ia akan menyendok, entah kenapa batinnya menolak dan teringat membaca doa.

"Bismillah...,"

Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, matanya menangkap sesuatu yang aneh dari mie di piring. Bergerak-gerak pelan.

Ajeng mengangkat piring mie dan matanya seketika membesar. Jelas tadi yang ia lihat adalah mie, tapi ... kenapa sekarang berbeda?

Makhluk lunak dan licin itu meliuk-liuk diatas piring yang seketika membuat Ajeng histeris dan melempar piring seketika.

Pranggg!

Ia tak bisa membayangkan jika cacing berukuran besar itu masuk ke perut nya dan bergerak di dalam mulutnya.

Huekkk!

Gadis itu muntah seketika. Bertepatan dengan itu, pintu di dobrak dan masuklah sosok berbulu yang menyeringai padanya.

Makhluk itu mendekat dan nampak amat bernafsu melihat Ajeng.

Rrrrr!

Ia menggeram membuat Ajeng semakin takut. Gadis itu hendak menghindar, tapi makhluk itu ternyata lebih gesit darinya.

Ia menarik kaki Ajeng dan mengunci dua tangannya hingga gadis itu tak mampu menghindar.

"Lepaskan!" pekiknya.

"Rrrr kau akan melayaniku, gadis bod*h!"

"Lepasin!" Ajeng kembali berontak.

"Kenapa? kau sudah membuat rumah kami kotor! sama seperti orang sebelum kamu yang suka berselingkuh hingga anak dan istrinya jadi korban," ujarnya yang membuat Ajeng terpaku.

"Kau sekarang harus membayar semua perbuatan menjijikkanmu itu dan menjadi bagian dari kami," desisnya.

"Atau kalau tidak ... semua anggota keluargamu harus menanggungnya,"

"Jangan! kalau aku yang bersalah, kenapa Bi Jumi juga ada disini!"

Makhluk itu tertawa. Mata merahnya lalu menyorot tajam ke arah Ajeng. "Itu karena dia membuang air panas sembarangan! dan mengenai kaki salah satu anakku!"

Rumah Nenek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang