part 14

1.8K 160 7
                                    

Bismillah

 
                RUMAH NENEK

#part 14

#by: R.D.Lestari.

Suara lolongan anj*ng terdengar bersahut-sahutan. Ajeng menatap  ruangan yang semakin gelap dan mencekam.

Ia ingin bebas, tapi kakinya di rantai. Harapannya untuk lepas musnah sudah.

Sedang Noni Belanda mereka seret dan bawa ke arah penjara yang lembab dan dingin.

Sayup-sayup Ajeng mendengar suara tangisan dan jerit ketakutan dari orang-orang yang mereka siksa.

Tempat ini tak lebih adalah tempat pembantaian. Penyiksaan tak berujung.

Krekkk!

Ajeng menarik kakinya dan menekuk hingga menyentuh dada. Perasaannya berubah tak enak saat terdengar derap langkah kaki mendekat. Serap kaki yang menghentak itu mengingatkannya pada sosok makhluk berbulu lebat dengan mata merah yang telah berbuat cabul padanya.

Kreitttt!

Aroma daging panggang menguar saat pintu terbuka perlahan, membuat Ajeng menelan ludah. Perutnya yang keroncongan meronta  untuk mencoba.

Kali ini, ternyata bukan makhluk berbulu yang datang. Melainkan laki-laki berpakaian tentara pada jaman belanda.

Bertubuh tinggi dengan wajah yang tampan, hidung mancung dengan mata yang menatapnya tajam.

Ia membawa senampan makanan enak, dan meletakkannya di atas kasur tempat Ajeng di rantai.

"Silahkan, Nona, nikmati makan malammu," serunya dengan senyum khas yang sulit diartikan.

Ajeng yang memang sudah sangat lapar, amat bersemangat saat melihat potongan daging panggang di atas nampan dengan aroma yang menggoda.

Saat ia meraih potongan daging dan hampir saja menyantapnya, ia teringat untuk berdoa.

"Bismillahirrohmanirrohim,"

Baru saja mulutnya menyentuh daging, bau daging panggang berubah jadi bau bangkai yang sangat menyengat.

Ajeng menjauhkan tangannya yang sedang memegang daging, memperhatikan dengan seksama daging yang ada digenggamnya.

Matanya melebar saat melihat daging panggang itu mengeluarkan bau yang tidak sedap dan sesuatu bergerak diantaranya.

Benda menggeliat berlendir itu berjatuhan ke atas kasur.

"Aaaaaa!"

Ajeng melempar daging yang ia kira adalah daging kambing, tapi ketika ia mengucap doa, daging itu berubah bentuk menjadi tangan manusia yang membusuk di penuhi cacing dan belatung.

"Ha-ha-ha,"

Tubuh Ajeng bergetar, tatapannya takut dan jijik, sedang lelaki yang tadi memberinya makan tertawa dengan amat kencang.

"Ka--Kau mau membunuhku?" Ajeng menatap marah padanya.

Lelaki itu balik menatap Ajeng tak kalah sangar. Matanya berubah semerah darah.

"Kau gadis  bod*h ! dalam keadaan laparpun masih mengingat Tuhanmu!"

"Apa yang kau dapat, hah? lagian wanita pendosa sepertimu sudah seharusnya kekal bersama kami di sini," desisnya.

Ajeng terdiam. Mengingat semua kesalahan yang ia perbuat. Terlalu terburu nafsu hingga membuatnya terpenjara di tempat mengerikan seperti ini.

Lelaki berwajah belanda itu membalikkan badan.

Rumah Nenek Where stories live. Discover now