part 17

1.7K 162 4
                                    

Bismillah

                  RUMAH NENEK

#part 17

#by: R.D.Lestari.

Tangannya dengan lihai meraih satu persatu binatang menjijikkan itu dan mengunyahnya dengan lahap.

Rina semakin kalut. Tubuhnya seketika membeku saat sosok mengerikan itu tiba-tiba menatapnya tajam dan mengulas senyum sinis padanya.

"Nyonya ... mari makan ...,"

Rina terjebak. Tubuhnya tak mampu bergeser kemanapun. Susah payah ia berdiri, tapi detik berikutnya tubuhnya kembali meluruh di lantai,

Tubuhnya lemas dan rasa kantuk tiba-tiba datang menyerang. Sedang makhluk itu melesat cepat ke arahnya dan kini berada tepat di hadapannya.

Samar dan berbayang, Rina pasrah saat makhluk itu menarik wajahnya dan menekan mulutnya hingga ternganga.

Aroma anyir dan bau bangkai menyeruak dan menusuk hidungnya, tapi Rina tak mampu menghindar.  Tubuhnya amat lemah hingga untuk bergerak pun susah.

"Mmmhh, lepas!" dengan sisa tenaganya, Rina berusaha melepas cengkeraman tangan sosok menyeramkan yang kini tertawa nyaring melihatnya.

Sia-sia! tenaga makhluk itu terlampau kuat.

Pandangan Rina semakin mengabur. Samar-samar makhluk berwajah hitam dengan mata yang bolong dan di penuhi belatung itu mengeluarkan banyak kecoa yang begitu banyak dari mulutnya.

Huekk!

Ia menyemburkan beratus kecoa ke wajah Rina. Rina mengejang, menahan sakit dari serbuan ratusan hingga ribuan serangga berkaki banyak yang menyerang tubuhnya.

Rina berontak saat puluhan kecoa masuk ke dalam mulutnya dan mengoyak tenggorokannya.

Bisa ia rasakan kaki tajam itu berebut masuk, rasa sakit dan perih tak bisa diungkapkan.

Beberapa ekor masuk ke dalam telinganya dan merobek gendang telinganya.

Darah mulai mengucur dari hidung dan telinga. Seiring dengan gesekan kaki serangga yang masuk melalui lubang hingga masuk dan merusak organ dalamnya.

Tubuh Rina bergetar menahan rasa sakit. Matanya terbelalak, dan tak lama tubuh itu lemas. Setelah puas menyiksa, sosok menyeramkan itu berdiri dan menarik tubuh Rina yang sudah tak bernyawa ke atas ranjang.

Ia pun kembali mengawang dan menggantung tubuhnya seperti semula.

Asap hitam pekat keluar dari mulutnya dan masuk ke dalam lantai marmer. Hilang tanpa bekas.

***

Bagas menatap adiknya penuh makna. Perasaannya tiba-tiba tak enak. Teringat Mama yang sedari siang tak nampak batang hidungnya.

"Dek, Mama kok ga kelihatan ya, Dek. Kakak jadi khawatir," ucap Bagas lesu. Ghandy hanya melihatnya sekilas.

"Mungkin lagi bersih-bersih di bawah, Kak. Lagian ogah banget turun ke bawah. Bau bangkai," keluh Ghandy. Pandangannya masih tertuju pada gadjetnya.

"Tapi, Dek ...," Bagas menghentikan ucapannya. Ia menarik napasnya dalam.

Tok! tok! tok!

Suara ketukan terdengar di pintu kamar mereka. Bagas langsung beranjak. Ia yakin itu Mama.

Setengah berlari, Bagas menuju pintu dan membuka pintu.

Krekkk!

Bagas terhenyak saat melihat seseorang berdiri dengan sudut bibir yang ditarik di kedua sisi.

Rumah Nenek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang