PROLOG

349 34 2
                                    

HI, EVERYONE!

APA KABAR KALIAN? LAMA JUGA KITA GA BERJUMPA LAGI. GIMANA KEINGINANNYA SUDAH TERWUJUD BELUM DI TAHUN INI?

AKU BAWAIN CERITA BARU LOH. INI TENTUNYA BERBEDA DARI CERITA SEBELUM-SEBELUMNYA.

DOAIN YA SUPAYA LANCAR BIKIN CERITA INI SAMPAI TAMAT. AAMIIN.

-
-
-
-
-
-




















°•°HAPPY READING°•°

ANGIN berhembus kencang menghiasi dinginnya malam. Sinar bulan yang semakin terang menyinari bumi di temani bintang bintang di atas langit membuat sang malam menjadi cantik.

Asap rokok mengepul menutupi seorang yang tengah berdiri di bawah sinar bulan. Fisik yang nyaris hampir sempurna itulah yang orang-orang menyebutnya ketika melihat sosok yang tengah berdiri di bawah sinar bulan.

Memang benar, tidak ada yang sempurna di dunia ini dan kesempurnaan hanyalah milik yang di atas. Namun, orang-orang berpikir setelah melihat sosok itu akan berbicara kalau di dunia ini ada manusia yang nyaris hampir sempurna, dia adalah Argharis Gentala Immanuel.

Argharis Gentala Immanuel dan kehidupannya, tidak ada yang cacat. Semuanya berjalan seperti air mengalir, hidup dengan bergelimang harta dan serba ada tanpa pernah merasakan kekurangan. Itulah yang semua orang lihat dari Argharis Gentala Immanuel.

"Ck, manusia-manusia bodoh!" gumam seseorang itu mengembuskan asap rokoknya ke udara.

Matanya menatap datar ke arah bulan yang di atasnya, embusan angin menerpa seluruh tubuhnya yang hanya menggunakan kaos hitam polos dan celana panjang hitam. Dirinya kini tengah berada di pembatas balkon kamarnya.

"Aden Agi kenapa masih di luar? Angin malam dingin atuh den, nanti aden Agi bisa masuk angin." ucap seseorang dari arah belakang dengan nada yang tersirat khawatir di setiap ucapannya.

"Ada apa bik?" respon Agi memutar balik badannya, lebih tepatnya Argharis Gentala Immanuel. Dan seseorang yang menanyainya adalah kepala pelayan yang sudah bertahun-tahun bekerja di keluarga Argharis sedari Argharis masih kecil.

"Ah, lebih baik aden Agi masuk dulu. Di luar dingin den."

Argharis menarik dan menghembuskan asap rokoknya, setelah itu menjatuhkan puntung rokoknya dan menginjaknya dengan sepatu miliknya. Lalu, ia pun berjalan menghampiri kepala pelayan tersebut dan masuk ke kamarnya.

Ketika Argharis masuk ke dalam kamarnya ia menatap datar ke arah kepala pelayan itu, namun jika di liat lebih jelas tatapannya itu terdapat sedikit kelembutan di dalamnya.

Seakan peka dengan tatapan tuan mudanya, kepala pelayan tersebut memberitahukan maksud kedatangannya. "Anu den, bibi di suruh Tuan besar untuk manggil den Agi, katanya Tuan besar mau ngomong sesuatu sama aden! Sekarang Tuan besar alias ayah aden ada di ruang kerjanya."

Argharis menaikan satu alisnya, memutar otak memikirkan ada apa si tua serakah itu ingin berbicara serius dengannya. Argharis pun mengangguk dan meninggalkan bibi di kamarnya setelah ia mengucapkan terima kasih kepadanya.

"Semoga setelah ini ada kabar baik ya, den. Bibi sedih lihat den Agi udah jarang senyum sekarang setelah kepergian nyonya beberapa tahun lalu." gumam bibi seraya menatap sendu punggung Argharis yang perlahan menghilang di penglihatannya.

AGI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang