5. Borderline

1.8K 323 57
                                    

###

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

###

Enam tahun lalu.

"Halo, Bu Indri? Apa kabar, Bu?" sapa Kanya dari sebrang telepon.

"Baik, Nya. Kamu gimana? Ibu udah denger lagu baru kamu, bagus banget lho!"

Senyum Kanya otomatis terbit mendengar pujian dari perempuan paruh baya yang merawatnya selama ini. "Masa sih, Bu? Bu Indri harus objektif lho kalau nilai lagu Anya!"

"Eh, beneran ini! Ibu suka banget, padahal kan Ibu nggak lagi suka siapa-siapa, Nya. Tapi kok kerasa gitu, jadi ikutan patah hati."

"Bu Indri bisa aja!" pekik Kanya terhibur. "Ibu lagi apa nih?"

"Biasa, Nya. Abis selesai makan malem, ini lagi mau beres-beres bareng yang lain."

"Wah, Bu Indri kangen Anya gak? Gimana itu, Sofia, ya? Dia kan successor Anya buat bantuin Ibu."

Bu Indri yang terkekeh kali ini. "Successor apa sih, dasar, Anya, ckckck. Gak perlu kamu tanya, pokoknya Ibu selalu kangen Anya, tapi seneng karena kalau kangen bisa lihat di TV dan di Youtube."

"Ah, Ibu..." lirih Kanya. "Besok Anya mampir ke situ ya, Bu? Ada hadiah kecil-kecilan buat adek-adek Anya."

"Yang bener?! Anya mau ke sini? Emang kamu udah pulang ke Jakarta? Terus, terus, besok mau Ibu masakin apa, Nya?"

"Ibu, ih! Satu-satu dong nanyanya," kekeh Kanya. "Ini Anya udah nyampe Jakarta, lagi di mobil mau ke apartemen, Bu."

"Hmm besok Anya mau makan apa ya? Pengen itu deh, Bu. Ayam kremes bikinan Ibu! Anya kangen banget."

"Oke, siap! Besok Ibu bikinin ya. Kamu ini di jalan sama siapa, Nya?"

"Sama Mbak Dian dan sama supir kok, Bu. Tapi besok kayaknya Anya ke situ sendiri aja, biar bisa lama."

"Yasudah, kamu istirahat ya kalau udah sampai? Semangat terus ya, Nya. Ibu selalu doakan dari sini."

Kanya tersenyum dan memejamkan matanya. Bahkan sampai umur 28, sampai ia punya penghasilan sendiri dan bisa hidup mandiri, tidak ada yang menganggapnya cukup spesial sampai ingin mengadopsinya. Kecuali satu, Bu Indri. Satu-satunya orang tua yang selalu menganggapnya spesial, setiap hari, sampai detik ini.

"Iya, Ibu. Anya tutup ya? Ibu juga sehat-sehat terus. Kalau kangen Anya langsung telepon aja, ya?"

###

Kanya mengernyit menatap lampu apartemennya yang menyala terang. Tapi kemudian dengusan sebal langsung keluar ketika menemukan sepatu berjenis wholecuts berwarna hitam yang jelas dikenalinya.

"Maling? Diem di mana lo, Maling?" panggil Kanya dengan nada kelewat santai.

Kanya lagi-lagi mendengus ketika menemukan laki-laki yang tersenyum garing berdiri di depan kompor di dapurnya.

IdyllicWhere stories live. Discover now