10. Someone from the past

1.9K 327 56
                                    

###

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

###

Ruangan yang gelap itu menjadi saksi seseorang yang dengan nyenyak terlelap dan satu orang lagi yang masih membuka mata sambil memandang langit-langit dalam diam.

Prava menepuk-nepuk pelan tubuh Kanya yang meringkuk menempel ke tubuhnya.

Laki-laki itu ingat, Kanya bukan tipe perempuan yang suka tidur di lengan atau di atas tubuhnya. Menurut Kanya, lengan gak bisa menggantikan nikmatnya bantal, bahkan perempuan itu lebih suka tidur tanpa bantal sama sekali. Seperti sekarang.

Tapi Kanya suka mencari kehangatan. Ia biasanya meringkuk tanpa jarak di sebelah Prava. Dan laki-laki itu akan menepuk-nepuk tubuh Kanya supaya lebih nyenyak. Seperti sekarang.

Apabila dihitung, besok adalah tepat tiga bulan setelah peristiwa kecelakaan itu.

Prava ingat semuanya. Setiap detiknya. Setiap detailnya. Yang ia sayangkan cuma kenyataan bahwa ia lah yang lebih dulu hilang kesadaran dari pada Kanya. Ia ingat bagaimana dirinya dan Kanya saat itu. Dan Prava berharap, gak akan ada lagi peristiwa mengerikan seperti itu.

Prava ingat semuanya. Laki-laki itu ingat permintaan Kanya untuk bercerai dan juga ingat dengan jelas bagaimana ia membalas perempuan itu dengan emosi, mengiyakan permintaan yang justru sekarang ia sesali.

Ada banyak hal yang membuat Prava memilih pura-pura hilang ingatan setelah siuman.

Sepanjang koma, ia sering memimpikan dua pilihan hidup berbeda.

Prava menemukan dirinya gak pernah menikahi Kanya, di sana ia masih sendiri, mengobrol dengan Bunga yang menggendong Matteo keponakannya, keduanya berbicara ringan, kebanyakan topik soal pekerjaan dan Bunga yang menyindirnya untuk segera mencari pasangan.

Di sana, Prava sering mencoba mengucapkan nama Kanya sebagai perempuan yang akan dia nikahi, tapi perkataannya selalu tertahan di ujung lidah, dan akhirnya ia cuma tersenyum dan terkekeh mendengar omelan Bunga.

Kemudian di suatu mimpi, setelah puas mengobrol dengan Bunga, ia akhirnya bertemu dengan Kanya. Perempuan itu pun masih sendiri, dan mereka masih bersahabat erat seperti dulu.

"Kiya mana, Nya?"

"Kiya siapa sih?"

"Anak kita."

Di mimpinya, Kanya langsung tertawa terbahak dan memukul pelan lengannya. "Jangan ngarang lo. Kapan kita pernah tidur bareng?"

Sejak itu Prava tahu, Kiya gak akan pernah ada kalau ia gak bersama Kanya.

Di mimpi lainnya, Prava ingat ia pulang ke rumah. Rumahnya dan Kanya. Hari itu malam dan suasana udah cukup sepi untuk ukuran Kiya yang senang berceloteh dengan cadelnya.

Dalam mimpi yang berulang kali muncul itu, Prava berjongkok ketika menemukan Kiya menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Perempuan kecilnya itu menatapnya sedih dan kecewa, kemudian tangan kecilnya memukul pelan dada Prava.

IdyllicWhere stories live. Discover now