19. Friends?

2K 285 23
                                    

###

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

###

Dua puluh dua tahun yang lalu.

Prava menatap serius pada papan tulis di depannya beserta dengan telinganya yang fokus mendengarkan guru biologi menjelaskan materi.

Sambil fokus memperhatikan, Prava juga mencatat dengan lengkap semua penjelasan guru dan bahkan menambahkan catatan-catatan kecil pada bagian yang penting ia pelajari.

Tanpa sadar Prava menoleh ke sebelahnya dan kembali teringat kalau hari ini Kanya diberi dispensasi dari sekolah untuk mengikuti latihan persiapan lomba.

Prava baru tahu hari ini kalau teman sebangkunya itu punya bakat bernyanyi yang luar biasa sampai-sampai mewakili sekolah.

Tentu Prava baru tahu. Kalau ia pikir-pikir, hubungannya dan Kanya gak berjalan dengan mulus. Sama sekali. Ia dan Kanya selama sebulan ini hanya seolah-olah dua manusia yang terpaksa duduk berbagi meja. Gak pernah mengobrol atau bertegur sapa.

Prava baru pertama kali merasa kesulitan mengajak seseorang untuk berteman. Karena setiap diajak mengobrol pun Kanya hanya akan menjawab singkat dan obrolan pun terhenti akibat Prava yang kehabisan topik.

"Pembelajaran hari ini Ibu cukupkan dulu karena sudah jam pulang. Silakan ketua kelas untuk memimpin doa."

Prava langsung buru-buru menyimpan buku dan alat tulisnya ke dalam tas sebelum aba-aba untuk berdoa temannya itu serukan. Setelah ibu guru keluar dari kelas, teman-temannya pun sama-sama berhamburan keluar dari kelas, menyisakan Prava yang tertegun menatap tas di sebelahnya.

"Aby, lo tahu yang ikut dispen udah kelar apa belum?"

Abigail yang ditanya langsung menggeleng cepat sambil berjalan keluar dari bangkunya. "Gak tahu, Va. Coba lo ke ruang latihan mereka aja, yang sebelah aula itu. Biasanya di sana, kan?"

"Mau nganter gak, By?"

Abigail menatap Prava merasa bersalah. "Supir gue udah nunggu di gerbang nih, Va. Katanya macet."

"Oh yaudah deh gue sendiri aja."

"Sip. Sorry banget gue gak bisa nganter ya, Va."

"Santai."

Setelah menyadari ia adalah satu-satunya orang yang tersisa di dalam kelas, Prava segera meraih tasnya juga tas milik Kanya untuk ia bawa keluar menuju ruang latihan perempuan itu.

"Permisi, ada Kanya dari 7A gak ya?" tanya Prava kikuk.

Salah satu orang di dalam ruangan yang Prava yakini kakak kelasnya itu langsung berdiri menghampirinya. "Semua peserta lomba udah pulang kok, apalagi yang kelas 7."

"Oh..." gumam Prava bingung.

"Eh tadi gue dari kantin papasan sama Kanya anak kelas 7A itu deh, yang sipit-sipit bukan sih? Eh, gak sipit sih, kelopak matanya monolid," cerocos salah satu kakak kelas laki-laki yang duduk di depan piano.

IdyllicWhere stories live. Discover now