4. Awkward

4.1K 523 119
                                    

###

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

###

Sekarang.

Biasanya, Prava akan sibuk di dalam gedung ini dengan sneli kebanggaannya yang ia perjuangkan mati-matian untuk dapatkan. Dari mulai menjadi anak baru sampai akhirnya punya posisi sendiri di salah satu bagian spesialis, Prava merasa ia layak mengenakan pakaian itu. Ia pintar, teliti, juga disebut-sebut menjanjikan menurut para seniornya.

Tapi hari ini berbeda, Prava melangkah menyusuri gedung milik keluarga besarnya sekaligus tempatnya bekerja cuma dengan pakaian formal biasa. Kemeja rapi yang dipadukan dengan celana no break yang biasa ia kenakan.

Laki-laki itu menghela napas panjang mengingat percakapannya barusan dengan sang ayah.  "Prava, kan Papa udah bilang supaya kamu fokus sama kesembuhan kamu."

"Jajaran direksi udah setuju dan mengerti kondisi kamu, lagi pula butuh rapat besar dan pengujian supaya rumah sakit bisa merilis surat keterangan kalau kamu mampu kembali praktek," lanjut Rudy sambil menghela napas.

"Pa, Prava bisa praktek. Prava gak lupa."

"Istri sama anak kamu aja kamu lupain. Apalagi pekerjaan, Va? Hal yang paling penting di hidup kamu aja bisa kamu lupain, kan?"

Prava lagi-lagi terdiam mengingat ucapan ayahnya. Mau bagaimanapun, ayahnya akan tetap tidak yakin kalau ia bisa kembali bekerja secepat ini. Tapi Prava tidak berbohong, ia mengingat dengan jelas teori juga praktek yang sudah ia kerjakan selama menjadi dokter.

Prava pikir, apakah Kanya dan Kiya terlalu penting di hidupnya sampai-sampai ia hanya melupakan mereka berdua? Atau justru sebaliknya?

"Kamu pulang aja, Va. Kesini diantar supir kan?" lagi, Prava mengingat obrolannya dengan sang ayah.

Menghela napas pelan, akhirnya Prava mengangguk kecil dan berdiri. "Kalau gitu Prava pulang dulu, Pa."

"Ya, hati-hati..."

"Ngomong-ngomong, Va," ucap ayahnya cepat.

Pria paruh baya itu tersenyum. "Ternyata betul ya setiap kejadian akan ada hikmahnya."

"Maksudnya, Pa?"

Rudy tersenyum kecil. "Walaupun Mama sama Papa harus nahan sedih lihat kamu dan Anya sebulan lebih gak sadar, tapi coba lihat sekarang, karena ini semua kamu dan Anya jadi punya waktu banyak sama-sama."

Prava tersenyum kecil dan mengangguk. Ia tidak begitu mengerti maksud ucapan ayahnya karena seingatnya ia dan Kanya selalu menyempatkan waktu untuk satu sama lain.

Sebagaimanapun Prava sibuk dengan latihan persiapan olimpiade Biologi atau sesibuk apapun Kanya untuk menyiapkan diri mengikuti lomba menyanyi, ketika salah satu diantara mereka membutuhkan salah satunya lagi, mereka akan ada untuk satu sama lain.

Bagaimanapun itu keadaannya, Kanya akan ada untuk Prava dan Prava akan ada untuk Kanya.

Prava tersenyum kecil mengingat pemikirannya tadi.

IdyllicDonde viven las historias. Descúbrelo ahora