14. White lies

2K 320 62
                                    

###

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

###

Kiya menatap tangan kanannya yang menggenggam erat tangan sang ayah juga tangan kirinya yang menggenggam erat tangan sang ibu. Perempuan kecil itu menengadah, menatap wajah orang tuanya yang ternyata gak tersenyum dan hanya menatap lurus ke depan menuju restoran tempat mereka akan makan siang.

Wajah Kiya dengan cepat berubah cemberut dan perempuan kecil itu melepaskan genggaman kedua tangannya, tindakannya membuat orang tuanya otomatis menatapnya bingung juga kaget.

"Kenapa, Kiya?" tanya Prava dan Kanya bersamaan.

"Mau pulang..." lirih Kiya dengan wajah cemberut.

"Lho? Kenapa? Kan kita mau makan dulu, Sayang," bujuk Kanya yang kini berjongkok menyamakan tinggi.

Kiya menggeleng cepat. "Gak mau."

Prava yang kini ikut berjongkok menatap Kiya bingung. "Kiya gak mau makan di sini?"

Kiya lagi-lagi menggeleng. Perempuan kecil itu menatap kedua orang tuanya dengan mata berkaca-kaca. "Kiya gak mau sama Mami sama Papi..."

"Kiya mau sama Mbak Yayu ajaa!" pekik Kiya yang langsung menangis kencang.

"Mami sama Papi malahan lagi kan? Kiya dengel. Kiya gak mau sama Mami sama Papi," lanjut perempuan kecil itu di sela-sela tangisannya.

Kanya dan Prava saling menatap satu sama lain dan mengabaikan beberapa orang yang berlalu lalang menatap mereka. Beberapa orang mungkin sadar, yang menjadi tontonan biasanya muncul di televisi menyumbangkan suaranya untuk menghibur.

Prava dengan cepat langsung membawa Kiya dalam gendongannya sementara Kanya yang mengerti langsung berjalan kembali ke dalam mobil. Kali ini, keduanya sengaja duduk di jok belakang dan membiarkan Kiya menangis terisak bersama mereka.

"Kiya..." lirih Kanya sedih.

Kiya mendorong-dorong tubuh Prava, menolak digendong oleh ayahnya itu.

"Celai itu apa sih? Kenapa Mami sama Papi malahan lagi? Kalena Kiya?"

Kanya dan Prava menggeleng cepat. Panik karena keduanya ingat, berbeda dari dulu ketika Kiya terlihat gak mengerti, kali ini anaknya itu paham ada yang gak beres di antara kedua orang tuanya.

"Nggak gitu, Sayang," gumam Prava bingung.

"Sini Kiya digendong Mami mau ya?"

Kiya yang kini duduk di antara kedua orang tuanya langsung menggeleng. Tangan mungilnya memeluk tubuhnya sendiri sebagai bukti penolakan pada kedua orang tuanya. Isakan kecil juga masih mendominasi di dalam mobil.

"Kiya salah denger kali," lirih Prava mencoba membujuk. "Papi sama Mami gak marahan kok."

Kanya mengangguk. "Tadi Mami sama Papi berisik ya di mobil? Itu bohongan kok, Sayang. Kayak di TV."

IdyllicOù les histoires vivent. Découvrez maintenant