8. Get well soon

1.8K 324 83
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


###

Sekarang.

"Papi..." lirih Kiya yang menatap Prava dengan mata sayu berair.

Prava yang baru sampai di sekolah anaknya itu langsung mengerutkan kening bingung. "Kenapa, Kiya?"

"Pak, terima kasih ya sudah jemput tepat waktu," ucap salah satu guru Kiya sambil tersenyum kecil.

"Tadi selama belajar Kiya kelihatan lesu, waktu saya cek ternyata suhu tubuhnya tinggi. Sepertinya kurang enak badan."

Prava langsung berjongkok dan mengecek suhu tubuh Kiya seadanya. Benar. Kening anak perempuannya itu panas dan mata yang berair juga sayu itu tentu gak bisa membohongi Prava.

"Oh, iya terima kasih, Bu," ucap Prava kaku.

"Kiya gak enak badannya?" lanjut laki-laki itu sambil tetap berjongkok menyamakan tinggi dengan anaknya.

Kiya mengangguk kecil. "Napasnya panas, Papi..."

"Sini Papi gendong aja ya ke mobilnya? Duduk di belakang pakai car seat ya biar gak pusing, hmm?"

Kiya merentangkan tangannya dan tubuhnya langsung masuk ke dalam pelukan Prava. Perempuan kecil itu menjatuhkan kepalanya di pundak sang ayah sambil terus bergumam pelan karena suhu tubuhnya yang membuat gak nyaman.

"Papi gak ajak Pak Dedi, Sayang... Jadi Papinya harus nyetir," ucap Prava sambil menatap Kiya yang kini duduk dengan rapi di atas car seat.

"Gak apa-apa, Papi. Kiya sendili aja di belakang, gak usah khawatil..."

Melihat Kiya yang terlihat gak nyaman tapi masih begitu pengertian membuat hati Prava tercubit. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali ketika merasa air mata hendak menetes karena perempuan kecil di depannya.

"Kiya cobain bobo dulu ya selama di jalan?"

Kiya mengangguk kecil mendengar ucapan ayahnya. Setengah perjalanan, yang Prava dengan cuma rintihan kecil karena Kiya menahan rasa gak nyaman akibat demamnya, tapi beberapa saat kemudian perempuan kecil itu mulai terisak dan gelisah di tempat duduknya.

"Huhuhu Papi panas... mau Mami huhuhu."

Prava mengintip ke belakang dan akhirnya memutuskan untuk menghentikan mobil yang ia kendarai. Dengan sigap, ia membuka pintu bagian belakang dan membawa Kiya ke dalam gendongannya.

"Ini Papi, Sayang..."

Kiya mengeratkan pelukannya dan terus menangis pelan. "Papi panas..."

"Gak enak..."

"Mau Mami huhuhu."

"Iya sebentar lagi nyampe ke rumah, nanti dipeluk Mami ya..."

"Mau Papi jugaaa..."

IdyllicWhere stories live. Discover now