3. Don't fall

3.1K 505 67
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


###

Empat belas tahun yang lalu.

"Tante, segini udah cukup belum rasanya?"

Tante Nima langsung menyicipi bumbu yang disodorkan kepadanya. Perempuan paruh baya itu mengangguk senang karena merasa puas dengan rasa yang baru saja terasa di lidahnya.

"Cuma Tante kasih tau sekali loh kamu tuh, Nya, langsung jago aja!" puji Tante Nima.

Kanya—perempuan yang sejak tadi membantu memasak itu hanya terkekeh. "Kan Kanya setiap hari juga bantuin masak di rumah, Tante. Jadi Kanya udah biasa dengerin instruksi masak gitu."

"Hahaha Tante seneng banget semenjak kamu sering main ke rumah, jadi berasa punya temen baru. Gimana kuliahnya? Seru?"

Kanya mengangguk setelah mematikan kompor. "Seru-seru aja sih, Tante. Belum kerasa capeknya kayak gimana malah, mungkin karena semester baru, ya?"

Tante Nima mengangguk-angguk membenarkan. "Jauh gak Nya fakultas kamu sama fakultasnya Prava?"

Kanya menggeleng kecil. "Deket banget kok, Tante. Kanya beberapa kali papasan sama Prava dan temen-temennya hehe."

"Terus gimana?"

"Hmm?" tanya Kanya tidak mengerti.

"Temennya Prava siapa aja sih, Nya?"

"Aduh kalau namanya Kanya kurang tahu, Tante. Biasanya Prava bergerombol sama tiga orang lagi. Satu perempuan sama dua laki-laki."

"Terus kamu gimana?"

"Kanya emang kenapa, Tante?"

Tante Nima langsung menghela napas dan meraih kedua tangan Kanya. "Kanya tuh nganggap Prava apa sih?"

"Temen? Lebih ke sahabat kali ya, Tan? Soalnya udah lama banget temenan sama Prava," jawab Kanya dengan lancar.

"Gak lebih gitu?"

Kanya tersenyum kecil mengerti maksud dari ibu sahabatnya ini. Ia menggeleng kecil. "Nggak, Tante."

Gak boleh lebih. Gumam Kanya dalam hati.

"Yaah... Kenapa? Anak Tante kurang ganteng ya?"

Kanya terkekeh mendengar nada penuh kekecewaan itu. "Bukan gitu kok, Tante. Cuma nggak aja."

"Ah, Tante harap semoga kamu sama Prava bisa saling suka. Belum terlambat kok, kalian kan masih kuliah."

Kanya hanya tersenyum mendengar ucapan ibu dari sahabatnya itu. Tidak akan. Kanya sudah berjanji untuk menekan perasaannya jauh-jauh ke dasar paling gelap. Ia tidak ingin melukai persahabatan dan juga perasaan nyaman yang diberikan keluarga Prava padanya.

Tidak akan. Kanya tidak akan membiarkan perasaannya menang.

###

"Udah, nanti gue anterin, Nya," pinta Prava sambil menarik Kanya duduk kembali di tempat tidurnya.

IdyllicWhere stories live. Discover now