A 🦥

2 0 0
                                    

2015, Sabtu; Candala Family's house, 05.00 p.m

"Ayok kak! Aku udah siap," seruan Naya dari arah tangga menyadarkan Rion yang tengah bermain handphone. Menatap tampilan Naya yang sudah rapih karna Mereka akan pergi.

"Kamu gak bawa jaket?"

"Bawa, tapi aku taruh didalam tas. Soalnya masih panas."

"Yaudah ayok, pakai mobil yah biar enak."

Sore itu, mereka berencana pergi ke daerah Lembang. Menghabiskan waktu malam Minggu berdua di daerah dataran tinggi tersebut. Naya tidak tau akan dibawa kemana dirinya oleh Rion, namun yang dia tau hanya pergi ke suatu tempat karna sekarang adalah malam Minggu.

Keduanya sudah siap dengan seat belt yang sudah terpasang. Rion mulai menjalankan mobilnya ke arah luar kompleks.

"Kita mau kemana?"

"Nanti juga kamu tau."

Rion sedang berusaha lebih cepat karna dia berniat untuk sampai sebelum matahari terbenam. Momen dimana golden hour terpancar begitu saja. Harusnya mereka bersiap dari jam 4 sore tadi hanya saja Rion harus menyelesaikan tugas kuliahnya sore tadi agar bisa mengajak gadis itu keluar.

"Lembang?" Begitu melihat papan jalan yang menunjukkan kota Lembang, Naya lantas menghadap ke arah Rion yang tersenyum kecil. Hidup bertahun-tahun di Bandung bahkan besar di Bandung tak membuat Naya sering mengunjungi daerah dataran tinggi tersebut. Setidaknya terhitung baru dua kali Naya pergi ke Lembang.

"Serius mau ke Lembang?" Pertanya antusias dari Naya hanya dibalas usapan lembut dari Rion. Naya lantas menatap kearah kursi belakang. Gadis itu baru menyadari bahwa adanya tas hitam panjang yang sangat dia kenali.

"Jangan bilang kita bakalan ke bosscha?"

"As you wish my princess."

"Yes! Finally wuuuu!" Rion dibuat tertawa ketika tubuh Naya terlihat berjoget ria akibat kesenangan.

"Aku gak tau bisa ngejar golden hour atau gak, malam ini juga gak tau bisa ngeliat bintang cantik atau gak. Aku cuma iseng ngajak kamu kesana soalnya aku inget kamu pengen banget ke bosscha, sedangkan aku belum ada waktu sama sekali buat ke Lembang beberapa tahun terakhir. Jadi, karna sekarang aku lenggang dan udah mulai bisa manage waktu makanya aku ajak kamu ke Lembang."

"Aaaaa kok kamu inget, padahal itu udah hampir dua tahun yang lalu. Aku kalau gak diingetin juga lupa kok," Naya berujar dengan matanya berkaca-kaca. Tak menyangka bahwa pria disampingnya mengingat hal kecil tersebut.

"Gimana aku gak inget, semua tentang kamu aku tulis di notes. Hal kecil kayak kamu bilang 'aku pengen deh liat sakura ke jepang' selalu aku tulis di notes. Karna sewaktu-waktu kalau ada kesempatan kita bisa pergi bareng. It's not about money or time, but this is about you and me. Uang bisa aku cari, waktu bisa aku luangi. Tapi aku pengen ada timing dimana aku dan kamu bener-bener lepas gak mikirin masalah apa yang kita hadapi. That's the point."

"Mungkin waktu bisa diluangi buat aku. Tapi ada kalanya, kalau ada waktu pikiran aku yang gak bisa lepas. Gak, bukan cuma aku tapi kamu juga. Makanya kalau wishlist kamu terpenuhinya lama, maaf yah. Aku nyari dimana aku sama kamu gak akan bisa diganggu."

"So, menurut kamu ini waktunya?"

"Iya, this is our Times. Aku udah izin sama mamah papah buat pulang besok seandainya malam ini gak mungkin buat pulang. Ngeliat tadi pagi kamu selepas itu dibanding kemarin, dan aku juga bisa selepas itu. Jadi kenapa gak sekarang aja?"

"Lagian Ay, aku juga selalu liat notes wishlist kamu dibalik pintu. Makanya aku selalu inget."

"Kakak..." Rion melihat Naya yang kini sudah mengeluarkan air matanya. Meski tidak deras, namun cukup membuat sungai kecil di pipi tembamnya.

PALAWA: ASMARALOKA IN BANDUNG Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora