M 🐆

1 0 0
                                    


"Yang Cemara belum tentu kokoh. Bisa saja menjadi Cemara yang tumbang"

-o0o-


2015, Minggu; Candala Family's house, 08.30 a.m

Naya menekankan bahwasanya ini sudah biasa. Dia sudah tidak kaget apabila dirumahnya terdapat sebuah mobil. Sudah dapat memperkirakan apa yang akan terjadi jika mobil itu sudah terparkir. Ada juga sebuah mobil sedan didepan rumah gadis itu.

Benaknya bertanya, apalagi kali ini? Akan berakhir seperti apa?

Dan ketika Naya memasuki rumahnya selepas pulang dari joging bersama Rion, hal yang sudah diperkirakan benar terjadi. Kondisi yang seharusnya dia sudah tidak kaget dengan hal tersebut.

Didepan sana, terdapat dua orang paruh baya yang berseteru. Tak memperdulikan sekitar yang sudah seperti kapan pecah dengan banyak pecahan barang yang berserakan.

Ini sudah tidak asing bagi Naya jikalau keduanya sudah pulang. Maka dari itu dia akan memilih untuk tinggal sendiri di rumah minimalis keluarganya. Naya tidak tau masalah seperti apa yang menimbulkan hal seperti ini.

Tepat disaat dia kehilangan Rion dulu, maka disaat itu juga dia kehilangan sosok orang tuanya. Kehilangan rencana-rencana keluarga yang sudah dia susun. Kehilangan sebagian kenangannya. Namun anehnya, dia tidak melupakan keberadaan Rion barang sedikitpun.

Rion tau. Tapi dia juga tidak tau awal masalahnya. Hal ini juga menjadi alasan mengapa dia selalu berada disisi Naya. Menguatkan gadis itu untuk setidaknya bertahan sedikit lagi.

Kini, Naya sedang berusaha untuk mengontrol tubuhnya agar tetap terlihat baik-baik saja dan tidak peduli dengan pertengkaran didepannya.

Prang

"Kamu!" Sentakan keras dari papahnya membuat Naya kian bergetar. Tidak pernah mendengar papahnya berteriak sekeras itu sejauh dirinya hidup. Mungkin biasanya hanya sekedar sentakan kecil, namun sekarang sepertinya pria itu benar-benar dipucuk amarah yang tinggi.

"Apa?" Ibuknya terlihat tidak takut sama sekali. Namun Naya bisa melihat ada getaran kecil dimatanya.

"Seharusnya kamu mengurus rumah! Mengurus anak itu! Bisa tidak sih kamu dengar aku sekali aja? Aku udah capek yah sama kamu! Capek! Aku mau diurus juga sama istri ku kayak teman-teman ku yang lain! Tapi kamu! Bahkan kamu gak ngelakuin hal itu sedikitpun! Setidaknya untuk pulang ke rumah! Otak kamu isinya apa sih?"

Naya, masih saja diam ditempat. Menyaksikan dua orang didepan masih saja berseteru. Tidak peduli seberapa bergetar hebat tubuhnya. Benaknya seolah seperti putaran kaset rusak. Mau sekuat apapun dia tahan, katanya tidak bisa berbohong. Ada perasaan yang sulit dijelaskan oleh gadis itu.

"Kamu! Kamu juga terlalu sibuk dengan ambisi kamu sampai lupa kalau aku juga butuh kamu! Jangan nyalahin orang sebelum kamu berkaca sama diri kamu sendiri! Kamu bilang gini karna ego kamu tersentil kan? Iya kan?"

"Hahaha apa kamu bilang? Tersentil? Iya! Aku merasa aku diinjak oleh kamu! Semenjak kamu diangkat jabatan, kamu justru malah semakin semena-mena! Bahkan kamu gak sadar bahwa kematian Mutiara karna kamu! Kamu yang lalai jaga anak-anak kamu Rizka!"

"Kamu? Masih aja nyalahin aku atas kematian Mutiara? Mas? Kamu lagi bercanda sama aku? Hey! Aku udah bilang sedari awal kalau kita punya anak aku mau ada baby sitter! Tapi kamu! Kamu yang nolak itu semua dan ingin aku mengurus keduanya! Mas! Gila kamu!"

"Rizka sadar! Emang itu udah seharusnya kewajiban kamu!"

"Iya! Itu kewajiban aku! Tapi seharusnya kamu sadar kalau suami juga berperan aktif! Tapi kamu malah sibuk sama ambisi kamu, bahkan kamu gak tau kan aku terkena baby blues!"

PALAWA: ASMARALOKA IN BANDUNG Место, где живут истории. Откройте их для себя