05

2.2K 68 0
                                    



Hari ini Mateo dan tim basket SMA nya memulai latihan intensif untuk pertandingan kejuaraan antar SMA yang diselenggarakan dua bulan lagi. Ini adalah salah satu pertandingan yang Mateo nantikan, karena tahun lalu sekolah mereka hanya mendapat juara dua.

Marssha melihat bosan latihan basket Mateo dari pinggir lapangan. Ia sebenarnya marah, kenapa Mateo tak memberitahunya jika dia ada latihan. Tau begitu ia pulang bersama temannya.

"Siapa yang membiarkan gadis cantik duduk sendirian di sini?"

Marssha menoleh dan menemukan Andreas yang berdiri di sebelahnya. Tanpa meminta izin, lelaki itu duduk di sebelah Marssha.

Marssha mengenal Andreas, dia adalah teman kakaknya dan mereka juga saling mengikuti di sosial media.

"Mau ku antar pulang?" Tanya Andreas yang sebenarnya akan pulang. Ia tak seaktif Mateo yang menyibukan diri di ekskul basket.

"Kak Mateo akan memarahimu."

Andreas memang sering di marahi Mateo karena dianggap sedang mendekati adiknya. Padahal memang benar. Ya, walaupun Andreas tak berharap lebih.

"Dia akan selesai lama."

Pada akhirnya Marssha menyetujui ajakan Andreas untuk mengantarnya pulang. Lagi ia akan sangat bosan jika hanya menonton.

Menjelang sore, latihan pun selesai. Mateo melepas kaos basketnya dan duduk di pinggir lapangan. Ia mengambil minum yang baru saja diberikan siswi yang bertugas.

"Punggungmu belum sembuh?" Tanya Liam, lelaki berambut agak gondrong yang berdiri di belakang Mateo.

"Sudah tidak sakit." Bekas memar karena kejadian jumat lalu memang masih tertinggal, tapi ia sudah tak merasakan sakit.

"Kau harus merawat tubuhmu. Jangan sampai cidera."

Mateo sangat mengerti dengan nasehat itu. Karena dia lah yang sangat menggebu untuk memenangkan pertandingan kali ini. Ia harus bisa mengalahkan SMA sebelah yang merupakan saingan terkuat mereka.

:::

Mateo masuk ke dalam kelasnya, tapi langkahnya terhenti karena melihat posisi tempat duduk telah berubah. Lebih tepatnya tempat duduk milik Ailee.

Mateo menghampiri Ailee yang tak seharusnya duduk di sana. Ia mengambil tas Ailee dan mengembalikannya ke tempat awal.

"Apa yang kau lakukan?!" Protes Ailee yang baru saja masuk kelas setelah tadi keluar sebentar.

Mateo menaruh tas miliknya di atas meja dan duduk di bangkunya. "Hanya menaruh ke tempat yang seharusnya."

Ailee sudah akan mengambil tasnya dan pindah ke tempat lain, tapi Mateo telah lebih dulu mengambilnya.

"Cepat duduk." Mateo menggoyang-goyangkan kursi di depannya menggunakan kaki, menyuruh Ailee untuk segera menempatinya. Dan sebuah senyuman terukir saat akhirnya Ailee duduk di tempatnya.

"Antingmu baru? Aku tak pernah melihatnya?"

Ailee menjauhkan kepalanya saat merasakan sebuah tangan menyentuh telinganya dari belakang. "Jangan sembarangan menyentuhku!"

Mateo terlihat tak mempedulikan perkataan Ailee. Ia menopang dagunya dan memelintir rambut Ailee yang terurai.

"Kau tak mau mengundangku ke rumahmu lagi?"

"Tidak akan pernah." Ketus Ailee. Ia membelah rambut panjangnya menjadi dua dan menaruhnya ke depan. Tak ingin membiarkan Mateo tetap memainkan rambutnya.

Mata Mateo terfokus pada tengkuk Ailee yang terbuka. Matanya menyipit, mengingat fantasy nya ketika coli semalam. Tangan dingin Mateo terulur, menyentuh kulit leher Ailee, membuat gadis itu sedikit tersentak.

Burning DesireWhere stories live. Discover now