54• 24 Hour Left (pt. 2)

1.1K 179 22
                                    

POV Winter Kamala

[3:40 Pagi]

Setelah ciuman yang bisa terhitung 2 kali karena aku kebablasan, kami hanya diam dengan pikiran kami masing-masing. Karina bahkan tidak mau melihatku setelah sesi cium itu, apa aku salah? Kan tadi dia yang memintanya? Tapi lihatlah dia sekarang, sama sekali tidak mau melihatku. Membuatku overthinking dengan segala kemungkinan yang membuatnya marah..

Film The Notebook didepan kami juga sudah selesai, sudah malah endingnya membuat kami makin dalam mood yang mencengkam. Sekarang mata kami berdua melihat credit dari film tanpa ada niatan untuk memulai pembicaraan, dengan helaan nafas yang kutarik. Akupun akhirnya memecahkan keheningan.

"Aku bikin salah?" Tanyaku kepadanya yang masih setia melihat Tv didepannya. Raut wajahnya tak bisa kutebak, rasanya aku dibuat main teka-teki pagi-pagi buta. "Enggak, kamu lakuin karena aku yang minta. Maaf aku kelewatan minta kamu buat cium aku" dengan intonasi tenang Karina berucap, kata-kata itu bukannya membuatku tenang malah makin tambah menyakitkan. Apa ciuman tadi hanya sebuah kesalahan? Kepalaku rasanya terasa berat karena aku sama sekali tidak mengerti Karina. Sebenarnya apa tujuan dari trip berbasis taruhan ini?

"Aku mau tidur" dia mematikan tv dengan remote di coffee table dan langsung berjalan meninggalkanku ke  arah kamar tempat tidur. Membuatku makin yakin bahwa terjadi sesuatu, tapi entah apa. "Oke, aku dikamar sebelah ya?" Maksudku, aku tak mau membuat Karina makin tidak nyaman. Karena kami memang sudah tidak mempunyai hubungan apapun lagi kan? Ciuman tadi juga.. sebuah kesalahan kan?

"Terserah" jawabnya singkat, bahkan dia sama sekali tidak melihatku lagi. Membuat hatiku rasanya diremas dengan kencang, oleh kenyataan bahwa  kami tidak bisa bersama dan Karina tadi mungkin hanya mengetes self control ku saja dan bisa terlihat bahwa self controlku untuk tidak menyentuhnya dibawah rata-rata. Aku sangat - sangat menyesalinya, kalau akhirnya seperti ini aku harusnya tidak menciumnya.

Aku mengepal kedua tanganku dengan keras, bahkan sampai kuku jari menancap ke telapak tanganku. Aku langsung masuk kamar disebelah kamar Karina berada, menutup pintu kamar dengan rapat. Supaya Karina tidak bisa mendengar isakan tangisanku yang kuusahakan terdengar pelan. Sungguh, ini semua menyakitkan.

****

[8:30 Pagi]

Mataku sedikit terbuka, cahaya dari sela-sela jendela kamar membangunkanku. Mataku masih sangat berat, mungkin karena tadi malem aku menangis karena Karina. Pelan-pelan otakku mengingat kembali kenapa pagi ini aku berada di villa ka Seulgi. Semua karena taruhan sialan itu!

Disaat aku sibuk merutuki diri dipagi ini, aku baru menyadari bahwa seseorang memelukku dari belakang. Tubuhku menegang karena kaget, aku tidak perlu berbalik untuk tau siapa pemilik tangan yang melingkar sempurna dipinggangku. Aku bisa merasakan wajah Karina dipedam di belakang punggungku, aku bahkan bisa merasakan nafasnya yang teratur. Sumpah demi apapun, mantanku satu ini bikin aku jadi gila.

Tadi malam dia memberiku silent treatment sampai membuatku menangis karena berpikir aku telah melakukan kesalahan yang fatal, tapi sekarang ternyata dia diam-diam masuk kekamarku untuk cuddling. Sebenarnya apa maunya sih? Demen sekali bikin perasaanku naik turun begini.

Dengan perlahan aku mengubah posisi tidurku untuk menghadapnya. Setelah berhasil mengubah posisi tanpa membangunkannya, aku sekarang bisa melihat wajah Karina dengan sempurna. Wajahnya terlihat tenang tapi aku bisa  melihat matanya sembab, membuatku berpikir apa tadi malam dia juga menangis? Membuatku makin overthinking.

Blind Book Date - Jiminjeong / Winrina [✓]Where stories live. Discover now