Prolog

741 30 9
                                    

"Aya sayang sekali sama Om Beni," ucap Aya yang masih berumur 3 tahun pada Beni teman ayahnya yang sudah berusia 23 tahun.

Beni tersenyum sumringah menerima kinderjoy pemberian Aya yang di bagi dua, Beni coklatnya dan Aya mainannya. Aya malu-malu memberikan coklat kinderjoynya pada Beni di hari valentine itu.

"Beneran buat Om Beni?" tanya Beni sambil menerimanya dengan ceria.

Aya langsung mengangguk sambil tersenyum malu-malu kucing. Ia senang bisa membuat Beni senang dengan membagi kinderjoynya. Aya merasa dirinya sudah menjadi wanita dewasa yang pantas untuk Beni sekarang.

"Aku kan sudah kasih Om Beni, Om Beni jadi sayang aku tidak?" tanya Aya yang tidak mungkin di jawab tidak oleh Beni yang suka dengan anak-anak. Apa lagi Aya begitu imut dan menggemaskan juga anak dari temannya sendiri. Tentu Beni menyukainya.

"Sayang dong! Aya kesayangan Om Beni selamanya! " seru Beni lalu menggendong Aya tinggi-tinggi hingga Aya tertawa terbahak-bahak sebelum menurunkannya dan mengajaknya berkumpul lagi dengan yang lain.

"Kakak pulang yuk! Sudah malam... " ajak Arman pada putri kecilnya yang bahkan saat malam masih menggunakan popok agar tidak ngompol.

Sepanjang perjalanan pulang Aya masih begitu ceria karena sudah mengungkapkan perasaan sayangnya pada Beni. Aya merasa bangga pada dirinya sendiri dan senang saat Beni bilang juga menyayanginya.

"Adek tadi bagi kinderjoynya ke siapa?" tanya Sofia sambil memakaikan piama untuk Aya.

"Om Beni," jawab Aya sambil tersenyum sumringah.

"Kenapa kasih Om Beni Kak?" tanya Arman yang ikut mendengarkan pembicaraan istri dan anaknya.

"Soalnya Om Beni baik, suka main sama aku, sayang aku, jadi aku sayang Om Beni juga. Aku kasih kinderjoy deh... " jawab Aya menjelaskan alasannya.

"Kakak! Ayo bobo sini cepat! Aku dah pengen nenen... " ucap Aska yang tak sabaran karena sudah mengantuk.

●●●

Tapi seminggu setelah hari dimana Aya memberi kinderjoy pada Beni. Beni tak pernah ada lagi di tongkrongan ayahnya. Beni hilang begitu saja, sampai Aya dapat kabar kalau Beni pindah dari rumahnya ke kost agar lebih dekat dengan kampus.

Satu dua bulan berlalu, Beni hampir sama sekali tak pernah muncul di tempat tongkrongan. Hingga Aya masuk SD dan dapat kabar kalau Beni pindah ke Jogja untuk meneruskan studi S2-nya. Saat Aya akan lulus SD ia dapat kabar lagi kalau Beni akan bersekolah di Australia.

"Om Beni jadi ke Australia?" tanya Aya yang kembali bertemu Beni saat memaksa ikut dengan ayahnya.

"Jadi dong! " jawab Beni bangga.

"Kalo Om Beni ke Australian Om Beni masih sayang aku?" tanya Aya entah untuk memastikan apa.

"Ya sayang lah... Adek kan kesayangan Om Beni selamanya... " jawab Beni sambil mengelus kepala Aya lalu kembali menyemak obrolan teman-temannya.

Hanya jawaban singkat untuk memvalidasi perasaan Beni sudah membuat Aya berbunga-bunga. Terserah bagaimana perasaan Aya dan imajinasi serta fantasinya soal Beni, yang jelas di mata dan hati Beni, Aya tak lebih dari anak kecil yang sedang mencari perhatian orang dewasa di sekitarnya dan Beni memberinya sedikit perhatian itu saja. Tidak lebih.

●●●

"Wah! Alhamdulillah... Akhirnya mo kawin juga kau! " ucap Arman sambil menelfon dan tampak begitu asik.

Aya menunggu sampai ayahnya selesai menelfon baru ia memberanikan diri untuk bertanya. "Siapa Yah? " tanya Aya penasaran.

"Om Beni, dia mau nikah... " jawab Arman dengan senyum sumringah di wajahnya setelah mendengar kabar bahagia dari mantan rivalnya itu. "Sayang, Beni akhirnya dapet jodoh! " ucap Arman yang begitu semangat mengabarkannya pada istrinya yang tengah menikmati kursi pijat sambil mengelus-elus perut buncitnya.

"Oh ya?! Alhamdulillah... " ucap Sofia senang.

Semua sanang, hanya Aya yang patah hati dan merasa di kecewakan oleh Beni. Hanya Aya yang sedih mendengar kabar itu. Benar bila itu kabar baik, tapi itu juga mimpi buruk bagi Aya yang hampir setiap malam membayangkan bila ia menikah dan hidup bersama dengan Beni.

Bersambung...

My Lover 🔞Where stories live. Discover now