Bab 4 - Calon Mertua

186 11 1
                                    

Pov Arman :

Aku menatap putri kecilku yang kini sudah beranjak dewasa, bahkan sangat dewasa hingga ada pria yang datang untuk meminangnya. Rasanya begitu berat melihat Aya yang sebentar lagi di persunting seorang pria yang akan membawanya pergi dariku, dari Sofia, dari keluarga kecil kami yang selalu bersama. Tapi inilah kehidupan, semua burung akan meninggalkan sarangnya. Terbang bebas ke angkasa, bertemu pasangannya lalu membuat sarangnya sendiri, begitu seterusnya.

"Sofia..."

"Hmm..." saut istriku yang sudah siap tidur di sampingku setelah seharian sibuk memasak dan sibuk mengurus si bungsu yang super pecicilan.

"Aku kok sedih ya inget bentar lagi Aya mau tunangan, terus nikah, nyesek. Aku yang gedein capek-capek, nyekolahin, ngajarin dia ini itu, terus tiba-tiba ada cowok random ngajak dia nikah. Ngambil dia dari aku," curhatku pada istriku yang selalu sama setiap malam.

Sofia membuka matanya lalu memiringkan tubuhnya menatapku.

"Rasanya beda, waktu Cecil nikah sama waktu anakku sendiri. Mungkin ini kali ya yang di rasain Papaku," lanjutku yang hanya di balas senyum oleh istriku.

"Emang apa sih yang bikin kamu setakut ini? Lagian kan kamu juga yang kasih ketentuan ke Aya gak boleh pacaran kalo gak serius. Biar kayak kita kan katamu."

Aku terdiam. Aku kesal tiap kali Sofia membuatku ingat betapa jahatnya aku padanya dulu. Sofia memang tak marah yang meledak-ledak, Sofia tak pernah marah jangankan marah membentakpun tidak. Meskipun kadang ia berteriak ketika melihat anak-anak pecicilan dan bermain di tempat-tempat yang berbahaya. Tapi terlepas dari rasa sayang dan kekhawatirannya pada anak-anak kami, ia tak pernah meninggikan nada bicaranya padaku.

Tapi itu yang malah menyiksaku lebih daripada di bentak dan di pukul, dibacok sekalian deh gapapa. Tapi Sofia tidak memilih itu. Dia hanya memperingatkanku lalu berbicara dengan tenang padaku. Itu sangat menyeramkan.

"Kamu ini punya anak cewek, mungkin aku gak bisa bales ke kamu. Mungkin karmanya gak ke kamu, tapi apa kamu tega kalo karmanya bakal jatuh ke Aya?" ucapnya dulu untuk pertama dan terakhir kalinya kami bertengkar hebat 18 tahun yang lalu.

Aku melihat Aya yang tidur sembari berpegangan tangan dengan Aska, yang baru genap 2 tahun dulu. Si kembar yang selalu bersama dengan segala keceriaannya dan penuh energi seketika menjauh dariku.

"Irsyad baik, cuma dia yang berani ketemu kamu. Apa lagi sih yang kamu khawatirin? Aska aja belum seberani Irsyad. Buktinya sampe sekarang belum ada ceweknya yang dibawa ketemu kita. Cuma sebatas nunjukin doang fotonya, terus kandas, gitu terus," ucap Sofia memecahkan lamunanku.

Aku memeluknya lalu tersenyum. "Gak tau rasanya beda aja. Biasanya cuma aku sama Abang, ketambahan Adek doang cowok yang ada di kehidupan Aya, sekarang udah ada cowok yang seriusin dia. Aku ngerasa kurang nyaman aja," dustaku berusaha menutupi ketakutanku.

"Aya bakal baik-baik saja, tenang aja. Nih aku juga baik-baik aja sama kamu. Udah punya anak 3 juga," ucap Sofia santai lalu membalas pelukanku.

"Bentar aku mau ke kamar Aya," ucapku lalu bangun dan pergi ke kamar putriku.

Aku mengetuk pintu kamarnya. Masih ada cahaya lampu yang menyala, kemungkinan Aya masih belum tidur.

"Apa Yah?" sambutnya begitu aku masuk.

Aya sedang memilih baju untuk pergi besok. "Kakak kalo ada apa-apa bilang ya, Ayah gak memaksa Kakak buat nikah buru-buru. Kalo nanti keluarga cowokmu gak suka kamu, udah langsung balik aja! Ayah jemput! Nanti..."

"Nanti begitu sampai share loc, lokasi hp gak boleh di matiin, hp harus on, langsung kabarin Ayah?" Aya melanjutkan ucapanku. Aku mengangguk lalu meringis.

My Lover 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang