23. RINDUNYA EL

3.4K 345 24
                                    

Mbak Oyenk update lagi yaa
🤗😍

🍒Happy reading🍒

"Pa, aku mulai ngantor lusa aja ya?" Tanya El Fathan ketika dia dengan Yahya sedang menikmati makan malam di rumahnya. El berusaha untuk mengabaikan ingatannya jika di masa lalu ada 2 orang perempuan yang disayanginya selalu menemaninya makan malam.

Ijah yang melayani bapak dan anak itu senyam-senyum menatap El. Wajah yang mulai keriput itu terlihat bangga dengan anak yang diasuhnya sejak lahir. Semakin nampak kedewasaan dan semakin menawan. Tubuh yang waktu terlahir dulu dia gendong dalam keadaan ringkih, kini semakin berotot. Dan yang lebih menggembirakan hati Ijah adalah anak asuhnya itu terlihat rukun dan damai dengan papanya. Hal yang beberapa tahun yang lalu sangat jarang dia temui.

Yahya menelan makanannya dan memicing menatap El heran. "Bukannya lebih cepat lebih baik, El? Lagian Papa juga gak lihat kamu jetlag."

"Aku pingin menikmati sehari saja istirahat, Pa. Besok aku ada perlu penting."

"Sepenting apa?" Yahya mengakhiri makannya dan meneguk air putihnya hingga tandas.

El Fathan memaksa menelan semua makanan di mulutnya. Sejenak pikirannya mempertimbangkan antara menceritakan dengan jujur apa yang ada di hatinya, ataukah menuruti kemauan papanya.

Yahya menaikkan dagu seolah bertanya. Dan El pun menghembuskan napas pasrah.

Antara kerinduan dan tanggung jawab, mana yang harus didahulukan? Sepenting apakah kerinduan yang tersimpan di hatinya setelah 3 tahun berlalu. Apalagi di sana ada seseorang yang menunggu tanpa kepastian darinya.

"Memangnya kamu punya rencana kemana? Mau ketemu lagi sama temen-temen brengsekmu dulu dan mengulangi hal yang sama lagi?" Sinis Yahya. Dia sudah berusaha bersabar menunggu anaknya menjawab, tapi anaknya hanya bisa menggelengkan kepala saja

"Perlu lainnya, Pa," jawabnya lirih.

Ijah yang sudah kembali ke dapur memasang telinganya dibalik pintu yang mengarah ke meja makan. Naro yang masuk melalui pintu belakang melihat gelagat ibunya heran.

"Daripada ngintip gitu mendingan masuk aja loh, Bu! Pura-pura ngapain gitu kek."

Ijah menaruh telunjuk di bibirnya. "Ssst ... Diam dulu, Nar!" Perintahnya dengan berbisik.

"Halah, Ibu! Kalo aku yang kayak gitu pasti sudah dimarahi," ucapnya lagi tanpa memperdulikan perintah ibunya. Dia berjalan ke arah rak piring dan mengambil salah satunya. Kemudian duduk di depan meja dapur setelah mengambil nasi dan lauk yang dibutuhkannya.

"Kamu gak tau saja kalo ini peristiwa penting, Nar." Ijah yang tak berhasil mendengar obrolan bos dan anaknya kini ikut duduk di samping Naro.

Naro yang sedang makan menggunakan tangannya menoleh pada ibunya. "B ajalah, Bu," jawabnya malas.

"B? Maksudmu apa?"

Naro menelan nasinya dan terkekeh pelan. "Biasa aja maksudku, Bu. Makanya gaul dikit dong, Bu! Jangan cuma mau digauli Bapak aja!"

"Hush! Mulutmu itu ya? Sama orang tua gak sopan!"

"Ibu itu yang gak sopan, pake nguping  obrolan orang lain!"

"Berani kurang ajar ya kamu sama ibumu?"

Cowok berusia 20 tahun itu memutar bola mata menggoda ibunya.

"Kasih contoh yang baik dong, Bu! Jangan suka kepoin urusan orang lain! Apalagi Mas El itu sudah dewasa, bukan anak kecil yang butuh diasuh kayak dulu!"

Engkau Masih KekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang