32. DI MALL

2.1K 276 14
                                    

🍒Happy reading🍒

"Mas, nanti siang anterin ke mall dong?" Adel menghempaskan tubuhnya di sebelah Ibra yang sedang sibuk dengan ponselnya setelah sarapan nasi uduk berdua. Sekilas mata Adel melirik, kakaknya sedang aktif melakukan chat dengan seseorang.

"Siang jam berapa? Aku sudah ada janji sama seseorang."

"Ck." Adel berdecak. "Sama seseorangnya ditunda bisa kan? Hari ini aku maunya jalan-jalan sama Mas Ibra loh."

Adel duduk menyamping, kepalanya dia sandarkan pada bahu kakaknya yang kekar. Jemarinya memilin-milin ujung baju seperti anak kecil yang sedang merajuk. Sudah lama sekali dia tidak bisa bermanja-manja dengan kakaknya yang sejak kecil selalu menjaga dan melindunginya.

"Gak bisa gitu, Adel. Aku sudah terlanjur janjian sama dia."

"Ya udah, sekalian ajak aja dia. Memangnya dia itu siapa sih, Mas? Ceweknya Mas Ibra?" Tanya Adel sembari memutar tubuh. Matanya memicing menggoda dengan memperhatikan wajah Ibra yang datar seakan tanpa ekspresi.

Ibra menghela napas pelan.

Menurutnya belum saatnya Adel tahu tentang Eva. Karena jika Adel tahu orang yang pernah ditemuinya adalah cewek kakaknya, Ibra khawatir Adel akan seenaknya sendiri di tempat kerja barunya. Biarlah Adel beradaptasi sendiri, sementara Ibra dan Eva hanya mengawasinya dari jauh, hingga pada saatnya nanti Ibra yakin akan melepas adiknya sendiri di tengah hiruk pikuk lingkungan kerja dan pergaulan bebas ibukota. Itu yang diminta Ibra dan disetujui oleh Eva.

Melihat Ibra yang hanya diam, Adel bangkit dari duduknya. "Kalo Mas Ibra gak mau ya udah. Aku nanti bisa jalan sendiri," rajuk Adel.

"Halah, kayak yang tau jalanan Jakarta aja!" Ledek Ibra akhirnya. Mana tega dia membiarkan adiknya jalan sendirian.

"Kan ada map?"

"Map terkadang juga nyasar," balas Ibra.

Dengan keki Adel menghentakkan kakinya di depan Ibra. Cara merajuk Adel memang kayak anak kecil, tapi itulah ciri khas Adel ketika meminta kakaknya menuruti kemauannya.

"Ya terus gimana? Aku bawa baju kantor kan cuma 2 setel, Mas. Tadinya kan gak kepikiran kalo bakal diterima kerja di sini." Adel kesal sekaligus merajuk dengan lebay. "Memang sih pakaian kerjaku dikirim via paket sama Bunda, tapi bisa aja kan datangnya lusa, atau mungkin lusanya lagi."

"Ya udah, ke mall nya malaman aja."

"Gak mau. Besok mulai kerja. Jadi aku gak mau besok kesiangan karena malamnya nge-mall." Bibir Adel mengerucut.

Melihatnya Ibra jadi terkekeh geli. Adiknya masih menggemaskan seperti dulu. Ingin rasanya dia menggodanya terlebih dahulu sebelum mengiyakan keinginannya, tapi melihat Adel yang menunduk sembari memicingkan matanya menatap Ibra membuat telapak tangan Ibra mengacak-acak pucuk rambut Adel.

"Hahaha ... udah gede kelakuannya masih kayak balita aja kamu, Deel ... Adell!" Ibra tertawa ngakak. Dia jadi ingat ketika kecil dulu adiknya sering sekali melakukan hal yang sama, apalagi ketika menginginkan diantar membeli ice cream di minimarket terdekat.

Bibir Adel masih mengerucut. Padahal dirinya juga sudah tak tahan lagi untuk tertawa, mentertawakan sikapnya sendiri yang memang dia sengaja. Seperti Ibra, Adel juga ingin tahu sejauh apa kepedulian kakaknya kepada dirinya setelah 4 tahun tidak serumah.

"Hahaha ... iya, iya, adikku cewek yang manja. Hahaha ... aku anterin ke mall ya. Udah deh jangan horor gitu!" Ibra masih terbahak, tangannya mengangkat dagu adiknya.

Adel meringis, menyatakan kemenangannya merayu Ibra. Dan spontan kedua tangannya memeluk Ibra dengan wajah berseri bahagia.

"Makasih, Masku! Jadi makin sayang deh sama Mas Ibra yang cakepnya gak ada duanya di rumah ini. Emuach," rayu Adel sembari mencium pipi Ibra dan kemudian berlarian kecil ke kamarnya.

Engkau Masih KekasihkuWhere stories live. Discover now