53. TRAGEDI TOILET

4.1K 290 26
                                    

🍒Happy reading🍒

Perlahan dibukanya pintu toilet yang ada di sebelah ruangan Arga. Toilet yang terdiri dari dua bilik, satu wastafel, dan satu kran untuk berwudhu.

"Yaaang?" Panggil pelan El Fathan setelah mengunci pintu toilet. Memang terkesan nekat, tapi El Fathan tak peduli. Biar saja mereka nanti ketahuan yang lain, bukankah dia sudah memiliki buku nikah.

Di dalam bilik Adel mematikan shower yang memang disediakan jika Arga lembur dan membutuhkan mandi di kantor.

"Siapa?"

El Fathan tertawa kecil dan mendekatkan kepalanya ke pintu. "Aku, suamimu," bisiknya dengan tangan menutup mulut.

"Sebentar, aku pake baju dulu," balas Adel setelah memastikan yang memanggilnya adalah suaminya sendiri.

"Lagi ngapain?"

"Mandi. Mandi wajib ini."

El Fathan nyengir. Teringat lagi dengan kegiatan mereka usai makan siang tadi. Dia sendiri tadi menyempatkan mandi setelah Adel keluar dari ruangannya.

"Ganti di luar aja, Yang. Pintu udah aku kunci kok," pintanya masih dengan suara berbisik.

"Gak mau, takut ada yang ngetuk nanti," tolak Adel sembari bergegas mengenakan pakaiannya kembali. Untung saja dia menyimpan pakaian ganti berikut dalamannya di kantor dengan maksud berjaga-jaga jika ada keperluan mendadak setelah bekerja tanpa harus sibuk pulang ke rumah.

El Fathan menegakkan tubuhnya kembali. Menunggu pujaan hatinya beberapa menit tidaklah mengapa, karena dia pernah menunggu selama setahun untuk mendapatkan hati Adel kembali.

Beberapa saat kemudian pintu bilik di depannya terbuka. Seorang Direktur sekelas El Fathan menunggu dengan senyum tersungging di bibirnya.

"Ngapain sih ikut ke toilet segala? Kalo ketahuan yang lain kan malu, Mas. Apalagi ada tamu spesial juga tadi," omel Adel sekaligus menyindir.

Dilewatinya tubuh besar suaminya begitu saja. Tas kecil yang sudah terisi lagi dengan baju kotornya dia letakkan di samping wastafel. Rambutnya masih terbalut handuk kecil.

"Kamu juga ngapain mandi keramas di jam segini?" balas El Fathan tak mau kalah. Bibirnya mengulum senyum penuh godaan buat isterinya.

Bibir Adel mengerucut. Melirik suaminya yang berdiri di belakangnya lewat cermin di depannya. Untung saja dia tadi masih sempat mengambil bedak dan juga lipstik untuk dia sembunyikan di blazernya.

"Mas El yang bikin aku keramas di kantor," jawabnya sembari mengusapkan bedak di pipi mulusnya.

"Memangnya aku habis ngapain?" Goda El Fathan lagi.

Seketika wajah Adel memerah. Ada rasa malu dalam dirinya untuk mengungkapkan kegiatan mereka selepas makan siang.

"Belum tua udah pikun." Adel mencibir.

Bibir yang baru dioles dengan lipstik itu terlihat menggemaskan di pikiran El Fathan.

Tapi kini Adel bingung untuk mengeringkan rambut basahnya. Di toilet tidak ada hair dryer. Dan dia juga lupa untuk mengambil sisir di tas kerjanya tadi.

Engkau Masih KekasihkuWhere stories live. Discover now