24. Friendship

3.2K 644 57
                                    

Hidup itu bajingan, sementara takdir adalah salah satu bagian darinya, dan waktu yang mengendalikan keduanya.

Mungkin bagi sebagian orang, takdir adalah hal yang paling jahat yang bisa disadari oleh setiap manusia. Takdir itu egois, aneh, konyol, sialan, dan berbagai macam umpatan mungkin tak cukup untuk menggambarkan seberapa jahatnya takdir itu.

Namun disatu sisi, takdir bisa menjadi sesuatu yang paling indah yang bahkan bisa membuatmu melupakan segalanya. Cinta, kasih sayang, keluarga, harapan, semuanya berasal dari takdir.

Hanya saja...

Takdir itu suka mempermainkan.

Mempermainkan perasaan, mempermainkan sesuatu yang mungkin seharusnya sudah dilupakan, mempermainkan masa lalu dan masa depan, dan mempermainkan manusia.

Sometimes i wish that i could freeze the picture
And save it from the funny tricks of time

"Aku baca di banyak kisah, orang yang sudah mati biasanya akan kembali ke atas untuk menemui orang mati yang mereka rindukan keberadaannya. Tapi hyung tahu sendiri, kan? Aku tidak punya siapa siapa untuk aku temui jika aku mati lebih dulu darimu nanti."

"Jadi aku akan menunggu Hyung saja, ya?"

"Jae—Jaemin?"

Jaehyun mematung, tubuhnya bergetar sembari menatap sosok lelaki yang ada dihadapannya ini dengan tatapan tak percaya.

Jaemin.

Lelaki itu mengerutkan keningnya sambil menatap Jaehyun bingung, dia mengaruk tengkuknya yang tak gatal karena merasa aneh dengan situasi seperti ini.

"Annyeonghaseyo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Annyeonghaseyo." Ucapnya datar namun tetap membungkuk sopan.

Sadar dari keterkejutannya, Jaehyun lantas menyuruh lelaki itu untuk duduk dengan suara gagap.

"Kau tahu namaku? Darimana?" Tanya lelaki itu to the point. Dia memang benci basa basi.

"Ehmm... Data pasien? Ya data pasien." Balas Jaehyun sambil memgambil tempat duduk dihadapan lelaki itu.

"Jaemin, kan? Kau hari ini ada jadwal konsultasi denganku."

"Na."

"Hmm?"

"Namaku Na Jaemin. Seharusnya kau menyebutkan nama pasienmu dengan benar."

Jaehyun mengerjap untuk beberapa saat, matanya membulat ketika lelaki bernama Na Jaemin ini mengeluarkan sepuntung rokok dan menyalakannya dengan begitu santai. Lelaki itu menghisap dalam dalam rokoknya dan menghembuskannya begitu saja tanpa merasa bersalah sedikitpun, hal itu membuat Jaehyun ternatuk batuk dan segera membuka jendela.

"Kau tidak boleh menyalakan rokok di rumah sakit."

Jaemin memutar bola matanya malas.
"Kau pikir aku peduli?"

Memories Philosophy || Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang