33. I'm A Child

3.1K 595 26
                                    

Pusara itu tampak cantik dengan foto dan batu nisan bertuliskan nama Jung Jaemin disana. Hanya ada Jaehyun, Johnny, Taeyong, Yuta, Mark, Jeno, Renjun, dan Haechan yang ada disana. Di tempat peristirahatan terakhir Jaemin.

Pikiran Jaehyun kacau, dia tak tahu harus bagaimana sekarang. Kini dia sendirian, benar benar sendirian.

Tak pernah terpikirkan akan berada di tempat ini, dan di situasi ini.

"Aku baca di banyak kisah, orang yang sudah mati biasanya akan kembali ke atas untuk menemui orang mati yang mereka rindukan keberadaannya. Tapi Hyung tahu sendiri, kan? Aku tidak punya siapa siapa untuk aku temui jika aku mati lebih dulu darimu nanti."

"Jadi aku akan menunggu Hyung saja, ya?"

Haechan menatap lamat lamat pusara itu. Siapa sangka pembicaraan waktu itu adalah pembicaraan terakhirnya dengan Jaemin. Dimana Haechan kini sepenuhnya menyadari jika Jaemin itu benar benar malaikat.

"Haechan, aku harap, akan ada seseorang yang memberitahukan betapa hancurnya dia ketika aku pergi nanti..."

Seandainya Jaemin melihat hal ini, Haechan pasti sudah memaksa lelaki itu untuk menarik kembali kata katanya. Jaemin tak tahu seberapa hancurnya Jaehyun ketika tahu jika adiknya tak akan pernah kembali lagi.

Jeno mendekat, lantas meletakkan sebuah kertas origami kupu kupu di dekat batu nisan Jaemin. Itu adalah kertas origami ke 1000 dan menjadi yang terakhir, sebagai bentuk harapannya atas kesembuhan lelaki itu.

Jadi, definisi sembuh untuk Jaemin itu ternyata ini, ya?

Jeno terisak ketika meletakkannya. Rasanya sia sia mereka berusaha keras. Meski terkesan sepele dan kekanak kanakan, namun pasti sakit rasanya jika harapan yang mereka bangun bersama harus putus begitu saja.

Jeno sempat menuliskan sebuah surat di kertas origami itu. Ketika dia tahu Jaemin sudah pergi, Jeno kembali membongkar lipatannya dan menuliskan sesuatu disana sebelum melipat origami itu seperti semula.

DUARRR!!!

Renjun tersentak ketika mendengar suara petir, dia lantas mendongak menatap langit. Benar saja, hujan perlahan turun. Semakin lama semakin deras.

"Jaehyun, ayo pergi. Hujan sudah turun." Ucap Taeyong sembari menyentuh bahu lelaki itu.

Jaehyun tetap tak bergeming di tempatnya. Pandangannya kini hanya terpaku pada nisan Jaemin, mengabaikan Taeyong yang berusaha membujuknya agar segera pergi dari sana.

"Jae, please. Ayo pulang." Ucap Johnny.

Jaehyun menggeleng.

"Jaemin takut dengan hujan, dia tidak mungkin sendirian disini." Ucapnya dengan suara serak. Jeno memalingkan wajahnya. Benar, Jaemin benci hujan. Dan melihat Jaehyun seperti itu tentu sangat menyakitkan baginya.

"Jaehyun, sadarlah! Jangan seperti ini. Relakan dia, kau tidak mungkin terus menerus seperti ini, kan?" Jaehyun kini menoleh menatap Taeyong. Lelaki itu bangkit dan menatap nyalang lelaki itu.

"Relakan dia?"

"Kau pikir aku akan merelakannya begitu saja?"

"Jae-"

"AKU TIDAK AKAN PERNAH MERELAKANNYA!!!INGAT ITU!!!!"

"AKU TIDAK AKAN PERNAH MERELAKANNYA!!!INGAT ITU!!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Memories Philosophy || Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang