34. I Was There

2.9K 616 41
                                    

Percakapan Jaehyun di telepon malam itu membuat Nana mendengar ucapannya. Meski diakhiri dengan kata maaf, tetap saja hal itu menjadi pukulan berat bagi seorang anak kecil berusia 7 tahun. Nana menjauh, dan hubungannya dengan Jaehyun terasa canggung. Seperti pagi ini misalnya.

Biasanya, keduanya akan bercerita panjang lebar dan saling melondarkan candaan untuk menemani aktivitas sarapan mereka. Namun kini, hanya ada kesunyian. Jaehyun melirik Nana yang ada dihadapannya. Gadis kecil itu hanya memakan sarapannya dalam diam sembari membaca bukunya untuk mengalihkan rasa canggung ketika dia berhadapan dengan Jaehyun. Jaehyun tahu dia salah, maka dari itu sudah banyak cara yang dia lakukan agar Nana mau kembali seperti dulu lagi. Cerewet dan berisik.

"Nana-"

"Aku berangkat."

Gadis itu lantas bangkit. Meraih tasnya dan keluar dari apartemen begitu saja. Sudah dia minggu ini Nana diantar jemput dengan bus sekolah. Sehingga Jaehyun tak perlu menjemputnya dan Nana tak perlu menunggu bus umum di halte lagi.

Klik!

Pintu lalu berbunyi ketika Nana keluar. Menyisakan Jaehyun yang kini diliputi kesunyian seorang diri. Lelaki itu menghela nafas pelan. Sudah dia minggu ini, semenjak percakapan terakhir dengan Taeyong lewat telepon, Nana menjadi anak yang pemurung.

"Apa aku harus berbicara pada Nana?"

"Terserah."

"Aku sudah mengira ada saat saat dimana kau bimbang dan takut jika menyesali keputusanmu untuk mengadopsinya, Jae. Sebelum kau kembali dari New York, aku sudah memperingatkan mu. Pikirkan baik baik keputusanmu untuk mengadopsi seorang anak yang masih kecil. Menjadi orang tua itu tidak mudah, apalagi orangtua tunggal yang tak punya pengalaman apapun dengan anak kecil. Jangan jadikan Nana sebagai pelampiasan untuk menebus rasa bersalah mu pada Jaemin hanya karena anak itu adalah penerima donor mata adikmu. Jika kau sampai melakukannya, maka kau adalah orang paling jahat yang pernah kukenal."

Setelah mendengar ucapan Johnny, Jaehyun kembali memikirkan semuanya. Perkataan lelaki itu adalah tamparan untuknya. Johnny benar, namun Jaehyun enggan mengakuinya.

Halaman belakang sekolah kini terasa lenggang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halaman belakang sekolah kini terasa lenggang. Nana menghabiskan waktu istirahatnya untuk duduk dibawah pohon apel disini. Tak ada anak anak yang mau bermain di halaman belakang sekolah karena katanya tempat itu angker. Ya, itu memang benar. Nana tahu pasti ada sesuatu yang berkeliaran disekitar sini. Namun dia tidak peduli, memangnya hantu bisa memukulnya? Tidak, kan?

"Hai, cantik."

Nana terperanjat dengan sosok lelaki yang sudah dia minggu ini dia hindari kini berdiri dihadapannya. Nana menatap sekitar, darimana dia bisa masuk?

"Kau sudah tidak naik bus lagi, ya? Aku menunggumu di halte."

"Iya."

Lelaki itu lantas duduk disebelah Nana. Di bawah pohon apel yang rindang dengan angin sepoi sepoi yang kenapa. Halaman belakang sekolah cukup asri dan indah, namun rumor yang beredar membuat siapapun enggan menginjakkan kaki disana.

Memories Philosophy || Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang