19. Almost There

160 37 3
                                    

happy reading!

[SUDAH DIREVISI]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[SUDAH DIREVISI]

"Sabar woi, biarin gue napas dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sabar woi, biarin gue napas dulu."
Gerald Mingyu Mahendra

***

"Terus lo sudah tau dimana adik gue sekarang?"

Arkan mengangguk sekilas lalu menghisap pelan kopi panas yang tersedia di depannya.

"Terus kenapa gak lo langsung samperin?" tanya Fathan kesal. Tentu ia kesal dengan Arkan—yang terlihat santai ini. Padahal dari kemarin Fathan sudah ketar-ketir sendiri selama perjalanan kesini. Ia bahkan tidak mengabari orangtuanya mengenai ini—takut mereka malah kepikiran sehingga tidak fokus dengan pengobatan sang papa.

"Gue juga maunya gitu, tapi gue gak bisa seenaknya. Lo harus tau disana Keyra lagi mempertaruhkan nyawanya, kita gak bisa bertindak gegabah."

Asal Fathan tahu, kemarin Arkan bahkan hampir bertindak gegabah—ingin langsung ke lokasi tanpa persiapan. Beruntungnya pria itu langsung ditahan oleh Gerald karena bagaimanapun juga mereka harus berdiskusi dengan bodyguard dan pihak berwajib agar semuanya aman terkendali.

Fathan menggeram frustasi sambil menjambak rambutnya, "Terus sekarang kita harus apa? Nunggu tanpa melakukan apapun? Shit, itu bahkan lebih ngebahayain nyawa adik gue."

"Calm down. Gue gak mungkin diam saja. Meskipun gue terlihat santai. Tapi gue dari semalam gak tidur untuk nyiapin ini."

Ya, Arkan tidak berbohong mengenai itu. Ia bahkan memaksa Gerald untuk langsung mengadakan meeting dadakan malam itu juga tapi di mansion Arkan bukan di mansion orang tuanya, karena bagaimanapun ia tidak ingin mengganggu sang mama dan Grace—sahabat mamanya. Meskipun Desti biasa saja dan terkesan sangat peduli. Tapi Arkan merasa tetap tidak enak—ia sudah banyak menyusahkan mamanya akhir-akhir ini.

"Okay gue paham lo sudah nyiapin semuanya tapi lo harus kasih tahu gue gimana rencananya. Gue ini Kakaknya, gue berhak ikut andil dalam ini." kekeuh Fathan menatap lurus ke arah Arkan di seberang sana.

HEALINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang