CHAPTER 38 |. CAHAYA DAN MAWAR

37 4 0
                                    

Happy reading.....

Frael menghentikan motornya di depan pagar rumah Arel, tangannya melepas helm fullface yang ia kenakan, matanya menatap ke arah rumah yang bernuansa putih yang dihiasi oleh tanaman indah memanjakan mata.

Sebelum menuruni motornya Frael mengambil botol obat penenang, ia mendengus pasrah suara teriakan itu kambuh, entah kenapa akhir akhir ini suara teriakan dan cemooh slalu terngiang ngiang jelas ditelinganya padahal biasanya itu terjadi saat kakeknya ada tapi kali ada atau tidak ada teriakan itu selalu menghampiri.

Frael tak ingin kembali kecanduan oleh obat, cukup obat tidur saja tapi naasnya tubuhnya terus menyuruhnya untuk terus mengkonsumsi obat penenang.

Frael langsung meneguk obat itu, dan memejamkan matanya sejenak meredakan suara itu, setelah suara itu reda Frael memutuskan untuk berjalan menelusuri halaman rumah Arel yang luas dan pada akhirnya sampai di depan pintu rumah Arel.

Frael mengetuk pintu itu yang tak berselang lama menampakkan sosok laki laki berwajah tegas dengan baju dan celana pendek berwarna senada.

Mata Alsen seketika berbinar saat mendapati bahwa itu Frael buru buru ia mendorong tubuh Frael masuk ke dalam rumah dan menyuruhnya untuk duduk di kursi ruang tamu. Wajah Frael mengerut bingung mendapatkan perlakuan seperti ini ditambah lagi suara teriakan Alsen.

" BUNDA, AYAH CALON MANTUMU DATANG."

Seketika Frael langsung berkedip berulang kali, apakah yang ia dengar itu benar atau jangan jangan teriakan yang slalu mengusiknya yang barusan ia dengar. Hah ... Frael tak tau.

Kedua bahu Frael dirangkul oleh Alsen dan Gifran, kedua alis mereka naik turun sambil menyunggingkan sebuah senyum. '' Arel pakek pelet apa sampai lo suka sama dia?'' tanya Alsen. Frael makin bingung dengan situasi ini, ditambah lagi Daffa datang dan langsung menghujani Frael dengan pertanyaan pertanyaan.

" Nama kamu siapa?" Tanya Daffa.

" Frael, om." Jawab Frael.

" Nama panjang?"

" Fraeeellllll."

Seketika tiga orang itu langsung menggeplak kepala mereka masing masing, maksud mereka bukan itu tapi apalah daya Frael terlalu pintar jadi ya gitu. Dahi Frael mengerut dan menatap mereka silih berganti, apakah ada yang salah dengan ucapannya.

" Nama lengkap maksudnya?" Ucap Daffa membenarkan ucapannya tadi.

" Frael Dikta Zenaldi."

Daffa sedikit memiringkan kepalanya, kenapa anak laki laki yang sudah ia anggap sebagai memantu memiliki marga Zenaldi, setahunya yang memiliki marga itu adalah keluarga besar Reza, apa jangan jangan Frael termasuk dari keluarga Zenaldi? Pikir Daffa tapi ia tepis berulang kali, tapi lagi lagi pikiran itu kembali menariknya saat mengamati begitu detail wajah Frael yang begitu mirip dengan Reza terlebih lagi tatapan tajam anak itu.
' perasaan gue aja kayaknya.' batin Daffa.

" Kalau gitu tempat tanggal lahir kamu?" Tanyanya lagi.

" Buat apa om?" Tanya Frael, ia merasa pertanyaan Daffa makin lama makin terasa aneh, dan untuk apa laki laki paruh baya itu menanyai tempat tanggal lahirnya, apakah ini sesi pendaftaran kerja atau sekolah sampai ditanyai seperti itu.

" Buat daftarin Lo ke KUA." Jawab mereka bertiga barengan.

" Ha?" Bingung Frael, otak pintarnya tak lagi bisa mencerna ini semua.

Ratna pun datang dengan membawa nampan yang berisi empat gelas teh disana, ia sengaja membuat empat untuk satu Frael dan sisanya untuk Daffa dan kedua putranya.

FRARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang