Chapter 3

13.4K 587 26
                                    

Seperti yang dikatakan Elan dikantin, Asya akan pulang bersamanya. Namun sebelum mengantar pulang Elan ingin mengajak Asya ke markas Black Eagle.

"Langsung ke markas?" Tanya Sinta menaiki motornya. Mereka mengangguk mengiyakan.

"Ngapain sih disana? Ada yang penting ya?" Tanya Elisha bingung saat tiba-tiba mereka mengajak nya ke markas.

"Diam." Ucap Gibran datar tanpa menjawab pertanyaan dari kekasihnya yang duduk di jok motor.

"O-oh oke." Balas Elisha kaku.

"Lah, terus aku sama siapa?" Tanya Asya linglung melihat mereka sudah menaiki motor masing-masing.

Elan berdecak pelan "Sama gue." Ucap nya datar.

"Terus ini gimanaa?? Aku kan pake rok!!" Rengek Asya.

Elan kembali berdecak, dengan terpaksa ia turun dari motor dan melepas jaket nya. Asya mengernyit melihat Elan memberikan jaket itu untuknya.

"Ambil jaket nya Sya, iketin dipinggang, terus tutupin paha lo biar gak keliatan." Ujar Gabriel melihat Elan hanya diam dengan jaket masih terulur didepan Asya.

Asya mengangguk paham, lalu mengambil jaket itu dan memakai sesuai arahan Gabriel tadi. Setelah itu Asya menaiki motor dengan sedikit kesusahan karena badannya yang pendek.

Akhirnya setelah semua perjuangan yang Asya lakukan ia bisa menaiki motor itu. Sempat motor itu goyang-goyang karna ulah Asya namun Elan bisa mengendalikannya.

Asya memegang bahu Elan sebagai pegangan.

Brum

Tiba-tiba Elan meng-gas motor nya membuat Asya refleks melingkarkan tangan diperut Elan. Dibalik helm full face nya Elan tersenyum tipis.

"Ishh ngagetin aja." Ucap Asya kesal mendorong kepala Elan yang tertutup oleh helm.

Elan melepas helm nya menoleh kepala melirik Asya tajam. Asya menyengir hingga menampilkan gigi putihnya dan juga terlihat gigi gingsul disebelah kanan. "Peace kaka..." Ujarnya mengangkat jari telunjuk dan jari tengah.

Memutar bola mata jengah Elan lebih memilih tidak menanggapi Asya, ia memakai helm kembali dan melajukan motor nya karena Gibran sudah berjalan terebih dahulu diikuti teman-temannya.

Asya menutup mata menikmati semilir angin yang menerpa wajah nya "Elan, markas nya serem gak?" Tanya Asya tanpa membuka mata, ia meletakkan kepala dipunggung Elan.

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?" Tanya Asya bingung.

"Kenapa nanya?" Ulang Elan.

"Aku nonton film, terus markas nya gelap gitu banyak tengkoraknya."

"Gak serem." Balas Elan singkat.

Motor berhenti karena lampu merah. Asya mengedarkan pandangan lalu matanya melihat Gabriel yang sepertinya sedang berbicara dengan ibu-ibu.

"Bu, kalau gatel helmnya dilepas dulu." Ucap Gabriel melihat ibu-ibu disampingnya menggaruk helm-nya.

"Terus?" Tanya ibu itu bingung.

"Kan kepala Ibu gatel, yaudah lepas dulu helmnya." Ujar Gabriel menjelaskan.

"Terus kalau pantat Mas-nya gatel mas harus lepas celana,gitu?" Celetuk Ibu itu,setelah itu melajukan motor beat-nya karna lampunya sudah berubah menjadi hijau.

Gabriel terdiam dengan wajah masam.

Teman-temannya tertawa kecil melihat wajah masam Gabriel, meskipun tertutup helm matanya tidak berbohong jika sekarang wajah Gabriel memelas.

ELANASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang