Chapter 7

10.7K 433 1
                                    

Setelah menjenguk Gabriel mereka semua pulang kerumah masing-masing kecuali Gibran yang merawat kembarannya. Tentang pembalasan juga tidak mereka lakukan karena harus menyelidiki pelaku sebenarnya.

Elan mengantar Asya pulang terlebih dahulu.

"Mau mampir?" tanya Asya saat motor telah berhenti digerbang rumahnya.

Elan mengangguk samar "Boleh."

Mereka berdua memasuki perkarangan rumah Asya. Tanpa menekan bel atau mengetuk pintu, Asya langsung membuka pintu rumahnya.

Elan dan Asya kompak mengernyit heran karena mereka melihat kedua orang tua Asya dan ayah Elan sedang duduk entah apa yang mereka bicarakan.

"Ma," panggil Asya terdengar ragu.

Kompak ketiganya menoleh bersamaan "Eh, kamu sudah pulang, ada Elan juga? Sini duduk." Ujar Diana menyuruh anak dan calon mantunya untuk duduk.

Mereka berdua langsung duduk. Asya duduk di samping ibunya, sedangkan Elan duduk disamping ayahnya.

"Kalian... saling kenal?" tanya Satya bingung melihat anak dari sahabatnya pulang bersama Putra-Nya. "Atau, kalian pacaran?!" lanjut Satya mendadak heboh dan antusias.

Asya tersenyum kikuk "ngga kok Om,kita cuma temenan."

Bahu Satya merosot lesu, tak lama kemudian ia mengubah mimik wajahnya menjadi serius kembali karena deheman Bram.

"Kebetulan karna ada kalian berdua disini. Kami ingin memberi tahu kalian sesuatu, kami ingin menjodohkan kalian berdua." Ucap Bram to the point.

"Perjodohan?" beo Asya memiringkan kepala bingung. Bram mengangguk tegas. "Ara kan belum selesai sekolah Pa, belum cukup umur juga. Emang bisa langsung nikah?" tanya Asya menggaruk pipi bingung.

Bram tersenyum tipis "Kalian cukup tunangan aja,nikahnya setelah lulus. Tentang umur kalian gak perlu khawatir, itu urusan papa." Jelasnya. Asya mengangguk paham.

"Jadi, kamu nerima perjodohan ini?" tanya Diana kepada Putri bungsunya.

Asya menggaruk kepalanya, bingung harus mengatakan apa. Ia menatap Elan meminta jawaban, tapi yang ditatap hanya mengangkat bahu acuh. Asya mendengus pelan "Aku terserah Elan aja, Ma." Jawab Asya akhirnya.

Kini semua pasang mata mengarah kepada Elan "jadi gimana,Elandra?" tanya Bram.

"Saya terima!" jawab Elan tanpa ragu.

Mereka menghela napas lega mendengar jawaban Elan, berbeda dengan Asya yang memelototi Elan seolah mengatakan Kok gitu?! Elan sendiri hanya mengedikkan bahu tidak perduli.

Deheman Satya mengambil alih perhatian mereka berdua "Jadi, kalian akan bertunangan seminggu lagi," Satya menjeda ucapannya "Karena kalian temenan pasti gak ada perasaan antara kalian kan? Jadi seminggu ini kalian gunain baik-baik untuk perdekatan, oke?" lanjut Satya seraya tersenyum lebar.

Bram menggeleng pelan. Sahabatnya itu sudah menikah, sudah punya anak juga tapi sifat tengilnya tidak bisa hilang.

Asya mengangguki perkataan Satya dengan sopan, sedangkan Elan hanya berdeham saja.

***

Hari ini adalah hari minggu dimana para manusia yang bekerja maupun bersekolah bermanja ria dengan kasurnya,begitu juga dengan Asya yang saat ini bergelung dengan selimutnya.

Berbeda dengan Asya yang tidur nyenyak, diluar kamar Asya disana ada Rafa yang menggedor pintu sambil berteriak mencoba membangunkan Asya.

"ASYA BANGUN!!" teriak Rafa seraya menggedor pintu kamar Asya dengan keras.

ELANASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang