Chapter 25

6.3K 251 12
                                    

Melihat tampang kekasih atau tunangan kalian yang selalu saja datar tentu membuat kalian kesal, begitu pula dengan Asya. Ia kesal dengan Elan ketika ia bicara, Elan hanya menampilkan tampang datar dan jawaban singkat.

Ah iya, ngomong-ngomong ini sudah seminggu sejak dimana geng BE dan Virgo mendatangi base camp milik Red Devil. Tentunya mereka sudah damai karena mereka membicarakan dengan kepala dingin. Mereka juga sudah tahu alasan Red Devil mengadu domba antara dua geng besar itu.

Alasannya cukup simple. Mereka iri dengan kedudukan kedua geng itu. Black Eagle geng nomor 1 sedangkan Virgo nomor 2. Ia berniat mengadu domba sampai kedua geng itu hancur dan geng merekalah yang menempati posisi pertama. Dan setelah dibicarakan baik-baik akhirnya mereka berbaikan.

Back to topic

Asya menatap kesal kearah Elan yang nampak memainkan handphone tanpa memperdulikan ia dan juga semangkuk bubur ayam didepannya. Pagi ini mereka berangkat terlalu pagi, jadi Asya menyarankan untuk sarapan dengan bubur ayam dulu, kebetulan mereka tak sarapan dirumah.

"Elan, liat duluu!!" Asya menghentakkan kaki dibawah meja dengan kesal ketika Elan hnya menoleh sekilas dan berdehem.

"Ada apa sayang?"

Blush

Wajah Asya memerah mendengar panggilan dari Elan, tapi ia tetap mempertahan wajah marahnya yang jatuhnya malah menggemaskan.

"Sayang-sayang, pala lo peyang! Makan dulu buburnya, jangan HP mulu!" cetusnya melotot galak.

Elan mengangguk mengiyakan lalu menyuapkan satu sendok bubur kedalam mulutnya. Setelah itu kembali berkutat dengan ponselnya.

Asya menggeram kesal, lalu menarik ponsel Elan dari tangan sang pemilik. "Makan dulu bisa gak sih?!" bentaknya kesal.

"Bisa." Elan mengangguk pelan.

Lalu keduanya kembali memakan bubur itu sampai habis.

"Main Truth or Dare mau gak?" ajak Asya tiba-tiba.

Elan mengangguk, "boleh."

"Kamu dulu, truth or dare?" tanya Asya.

"Dare," balas Elan singkat.

"Oke, tantangan dari aku nih ya, tapi kamu gak boleh nolak." Elan hanya mengangguk mengiyakan. "Kamu seharian ini harus senyum terus, HP kamu aku yang pegang. Kalau ada yang nyapa kamu harus balas dengan ramah, gimana?" lanjut Asya menaik-turunkan alisnya.

Elan menatap Asya aneh, "gue bakal dapet apa?" tanyanya kemudian.

"Kalau berhasil aku kasih cium deh." Ucap Asya cepat tanpa memikir lebih jauh.

"Oke, gue setuju."

Asya bersorak kegirangan. "Senyum dong!" tegurnya melihat Elan hanya menatapnya datar.

Mendengar teguran Asya, Elan menarik segaris senyum tipis yang terkesan terpaksa. Tapi tetap manis kok dimata Asya.

"T o D?" tanya Elan singkat.

"Truth aja."

"Siapa orang yang lo sayang?" tanya Elan langsung tanpa grogi.

Asya memutar bola mata malas. Tak ada pertanyaan lain apa? Batinnya kesal. "Ortu." balasnya singkat dengan nada ketus.

"Yang kedua?"

"Abang."

"Ketiga?"

"Kamu."

Blush

Rona merah muda terlihat dipipi Elan bahkan sampai menjalar ke telinga.

"Yang ketiga itu aku sayang banget, aku juga cinta." Ucap Asya lagi tambah membuat Elan blushing. Seperti anak gadis saja. "Yaudah, yuk jalan. 25 menit lagi masuk." Lanjut Asya tanpa memperhatikan wajah Elan yang memerah itu.

ELANASYA [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن