✿ANNA MARRIE✿

18 3 2
                                    

Anna baru saja akan kembali menikmati bacaannya sebelum ponselnya kembali bergetar. Entah apa yang sudah diperbuatnya sampai-sampai harus mengalami gangguan yang menjatuhkan semangat membacanya. Gadis itu menemukan nomor asing yang menjadi pemanggil. Dengan kesal ia menggeser tombol dial dan mencoba mendengarkan dari earphone-nya.

"Ya?"

"Hallo ... hallo. Ini Anna, bukan? Anna Marrie?"

"Iya."

"Ah! Anna Marrie! Lo ke mana?! Tau gak, sih, gue sama Fara disuruh nyariin kalian yang gak hadir satu-satu dan itu ribet banget, Ya Lord! Kebayang gak sih panitianya rese banget 'kan! Seenak upil nyuruh–"

"Gak nanya," ketus Anna yang sekaligus memotong omongan gadis itu.

"Ih! Kok gitu! Oh iya, nama gue Lyda! Gue satu kelompok sama lo di pengenalan sekolah. Dapet nomor lo dari panitia rese! By the way, lo kenapa gak dateng? Atau sebenernya lo udah datang ke sekolah tapi bolos! Yakan ... yakan?! Kalau lo beneran di sekolah, oh please come here sebelum gue sama Fara dibunuh panitia!" cerocos suara di seberang dengan nada cempreng membuat telinga Anna berdenyut.

"Ya."

"Jangan 'ya’ doang ya. Buruan, GPL pokoknya. Kalo lo mau tau, GPL itu artinya gak pake lama! Jadi, mendingan lo–"

Tut! Tut! Tut!

Anna melirik siswi baru yang sempat mengusiknya tadi. Dia sudah menutup matanya dan bersandar di sebuah pohon. Entah merasa diperhatikan, orang itu menyipitkan mata melihat ke arah Anna. Anna membuang muka dan berdiri dengan kasar.

Anna berjalan meninggalkan belakang gudang, menelusuri koridor yang kini sepi dengan langkah santai dan wajah tanpa ekspresi. Tidak perlu waktu lama Anna telah sampai di lapangan. Karena memang dia sudah berada di belakang sekolah, dia pun masuk dari bagian belakang lapangan.

"Sumpah. Ya kali gue bohong, Far. Lo kan denger sendiri, dia iya-iya doang, abis itu dimatiin. Gila, sih, kalo dia gak dateng."

Salah satu siswa mencak-mencak sambil melihat ponselnya. Dia dan satu lagi temannya memang diberi arahan untuk bergeser ke belakang sampai anggota kelompoknya penuh.

"Sttt, itu ada yang baru dateng di belakang." Bisikan siswa itu membuat semua berbalik dan melihat ke belakang. Termasuk Lyda dan Fara, orang yang menghubungi Anna sekaligus dua orang yang sejak tadi resah.

"Eh, jangan-jangan dia si Anna Marie-Anna Marie itu," ucap Lyda.

"T-tapi ... dia kan orang yang tadi," ucap Fara terbata-bata.

"Loh, Fara udah kenal dia? Sumpah demi kacang polong lima ribuan. Fara, kok, gak bilang?" Semua orang di sana dapat melihat kerutan di dahi Lyda yang mulai terbentuk.

"Fara gak kenal, tapi sempat ketemu tadi."

"Mangcapek, manghadeh." Lyda memijit pelipisnya pelan.

"Anna?" ucap Lyda dan Juna secara bersamaan membuat dua orang tersebut bertatapan lalu saling membuang muka.

"Nanti saya mau ngomong sama kamu. Sekarang gabung ke kelompoknya dulu," ucap Juna.

Anna hanya mengangguk sebagai jawaban. Membuat banyak siswa dan siswi baru yang menilainya terlalu berani. Lapangan kembali ricuh, banyak komentar yang terlontar mengenai Anna.

"Dih, gak tau malu banget, ya. Baru juga hari pertama udah nyari sensasi."

"Cantik, pengen gue culik."

CAMARADERIEWhere stories live. Discover now