9. Sang Penggoda (21+)

12K 149 9
                                    

Tinggalin jejaknya tsayyy biar semangat nih hehe

.

.

.

.



Namun, di tengah itu semua Selena pada akhirnya mendapatkan kesadarannya. Di mana Selena segera menahan wajah dan tangan Edgar yang masih berusaha untuk menggodanya. Tentu saja Edgar berhenti sejenak, dan ia pun menatap Selena sembari menunggu apa yang akan dikatakan oleh Selena padanya. Rupanya Selena berkata, "Kakak, kurasa ini salah. Lebih baik ki-kita berhenti di sini."

Edgar terdiam sejenak. Sebelum dirinya bertanya, "Kau yakin ingin berhenti? Padahal, milikmu sudah benar-benar basah. Apa kau benar-benar ingin berhenti, di saat aku bahkan belum memulainya?"

Selena sebenarnya ingin menjawab pertanyaan tersebut saat itu juga. Mengingat otaknya memang tidak ingin hal tersebut berlanjut. Namun, di sisi lain tubuhnya sama sekali tidak menuruti otaknya. Sebab saat ini saja, Selena sendiri bisa merasakan bahwa tubuhnya bereaksi pada sentuhan yang diberikan oleh Edgar. Atau lebih tepatnya, tubuh Selena mengharapkan Edgar untuk memberikan sentuhan yang lebih menyenangkan bagi dirinya.

Edgar sendiri menyadari hal tersebut, sebab jemarinya yang masih bersentuhan dengan area celana dalam Selena bisa merasakan jika bagian itu semakin basah saja dari waktu ke waktu. Selain itu, puncak payudara Selena yang berada di balik pakaian tidurnya juga terlihat semakin menegang. Menantang untuk mendapatkan sentuhan lebih hebat daripada sebelumnya. Sejak awal, Edgar memang yakin jika Selena tidak mengenakan bra di balik piyama yang ia kenakan.

"Kurasa, aku tidak bisa melakukannya, Selena. Setidaknya biarkan aku menyelesikan apa yang sudah kumulai," ucap Edgar lalu tanpa permisi segera mengulum salah satu puncak payudara Selena yang masih berada di balik piyama yang gadis itu kenakan.

Selain itu, Edgar juga memberikan sentuhan pada bagian intim Selena yang masih terlindungi oleh celana dalamnya. Tentu saja apa yang dilakukan oleh Edgar itu benar-benar membuat Selena frustasi karena semua sensasi yang ia rasakan. Saat itulah hujan turun dengan derasnya, kembali meredam semua suara yang mungkin muncul dari Selena sebagai sarana untk mengekspresikan apa yang ia rasakan. Selena saat ini memang sudah mulai merengek dan menggeliat karena merasakan semua sensasi yang menjalari tubuhnya.

"Ti, Tidak, Edgar," erang Selena tetapi tubuhnya sama sekali tidak bisa menolak semua sentuhan tersebut.

Lalu beberapa saat kemudian, Edgar beranjak mengarahkan wajahnya ke area intim Selena dan meniupnya membuat tubuh Selena menggelinjang dengan hebatnya. Sebelum Selena melakukan apa pun, Edgar sudah lebih dulu mengecup dan memberikan sentuhan lain yang sukses membuat Selena melentingkan punggungnya. Sembari membuka bibirnya, tampak berteriak tampak suara sedikit pun. Selena pada akhirnya berhasil mendapatkan pelepasan pertama dalam hidupnya.

Namun, Edgar tidak berhenti di sana. Ia terus melanjutkan apa yang dilakukan apa yang tengah ia lakukan saat ini. Hingga membuat pinggang Selena tersentak-sentak karena sensasi luar biasa yang ia dapatkan saat dirinya mendapatkan pelepasan yang masih belum selesai tersebut. Gairah Selena semakin meledak-ledak ketika dirinya mendengar suara serupa suara menyeruput air yang hampir habis yang timbul karena kegiatan Edgar. Lalu pada akhirnya tubuh Selena pada akhirnya melemah dan terbaring tanpa daya di tengah ranjangnya.

Edgar sendiri menghentikan apa yang ia lakukan dan menatap balik Selena yang kini menatap dirinya dengan sayu. Edgar menyeringai tipis dan berkata, "Sepertinya, ini belum cukup. Mari kita melangkah ke tahap selanjutnya."

***

Selena membuka matanya lebar-lebar dan seketika disambut oleh pemandangan langit-langit kamarnya. Selena tidak memerlukan waktu untuk mengingat apa yang terjadi tadi malam, atau pun mengumpulkan kesadarannya. Ia memilih untuk segera memeriksa tubuhnya sendiri yang masih terlindungi di bawah selimut tebal. Lalu saat itulah Selena membulatkan matanya karena sadar, saat ini dirinya benar-benar telanjang di bawah selimutnya.

"Sial, harus kutaruh di mana mukaku?" tanya Selena sembari mengacak-acak rambutnya merasa sangat frustasi.

Selena ingat dengan jelas apa yang terjadi tadi malam. Karena kebodohannya yang terus terbayang dengan milik Edgar, pada akhirnya ia pun tergelitik untuk mengintip video panas yang sebenarnya bisa diakses dengan mudah dengan menggunakan VPN. Namun, saat dirinya menonton adegan panas itu, ia tidak bisa menahan diri untuk ikut menyentuh tubuhnya sendiri. Sayangnya, itu adalah keputusan terburuk yang pernah ia ambil. Sebab kesialannya pun kembali terjadi.

Di mana entah bagaimana Edgar tiba-tiba muncul di dalam kamarnya. Lalu setelah itu, Edgar yang menangkap basah dirinya malah menawarkan bantuan untuk mendapatkan sensasi yang lebih menyenangkan. Edgar menggodanya dengan jemari, dan bibirnya yang seksi. Semua sentuhan itu terasa begitu menakjubkan, dan rasanya hingga saat ini saja Selena masih merasakan sentuhan tangan Edgar di permukaan kulitnya.

Selena menatap tangannya dan bergumam, "Aku bahkan merinding karena mengingat hal itu."

Selena menghela napas panjang setelah mengedarkan pandangannya di dalam kamarnya tersebut. Meskipun dirinya ditinggal dengan keadaan telanjang karena sudah dibuat kelelahan luar biasanya akibat digoda oleh kecupan serta jemari Edgar, Selena tidak terlalu malu karena setidaknya Edgar tidak terlihat ketika dirinya bangun dalam kondisi tersebut. Selena memerah karena sebuah pemikiran terlintas di benaknya. Jujur saja, Selena saat ini merasa takjub.

Edgar berhasil membuat Selena berulang kali mendapatkan pelepasan. Namun, semua pelepasan itu Selena dapatkan tanpa melakukan penyatuan dengan Edgar. Pria itu berhasil memberikan kepuasan hanya dengan sentuhannya. Selena memicingkan matanya dan bergumam, "Sudah jelas, ia memang berpengalaman dalam mempermainkan gairah dan tubuh seorang wanita."

Selena pun menarik selimutnya dan mengubur tubuhnya di dalam selimut lembut yang hangat tersebut. Ia jelas tidak ingin beranjak dari kamarnya, atau bertemu dengan Edgar. Ia masih memiliki urat malu, hingga tidak ingin bertemu dengan pria itu setelah apa yang terjadi tadi malam. Jelas, kini rasa malu Selena semakin bertambah karena kejadian tersebut. Rasanya Selena ingin tetap tinggal dan mengurung diri di dalam kamarnya sepanjang hari.

Sayangnya, beberapa saat kemudian Selena harus membersihkan diri dan beranjak untuk sarapan bersama dengan kakek dan neneknya. Tentu saja Edgar juga ada di sana. Bahkan kini Selena dan Edgar duduk berdampingan. Membuat Selena jelas kesulitan untuk menghindari pria itu. Edgar sendiri bertingkah normal. Sama sekali tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang aneh, semuanya normal. Namun, Selena masih belum bisa bernapas dengan lega.

"Sayang, renovasi vila milik Edgar sudah selesai, jadi Edgar bisa pulang kembali ke vilanya untuk menghabiskan masa liburannya. Hanya saja, tolong pergi untuk menemaninya. Edgar masih belum sembuh sepenuhnya," ucap Johan membuat Selena mengernyitkan keningnya.

Selena pun menoleh dan sadar jika tangan Edgar memang sudah terbalut gips. Padahal tadi malam, Selena sadar betul jika Edgar memang sudah bisa melepas gips tersebut. Bahkan tangannya sudah sangat berfungsi baik untuk menggodanya. Selena tahu jika Edgar saat ini tengah berbohong padanya. Namun, Selena tidak bisa mengatakan apa pun. Sebab jika ia membahas hal itu, Selena bisa saja harus mengungkap apa yang terjadi tadi malam.

Jadi, mau tidak mau Selena berkata, "Baik, Kakek. Aku akan pergi."

Lalu acara sarapan itu pun berlanjut. Selena juga ikut makan dan menikmati sosis goreng yang memang ia sukai. Hanya saja, tiba-tiba Selena merasakan tangan yang menggerayangi pahanya. Saat menunduk, Selena melihat tangan berurat Edgar yang tengah membelai pahanya dengan penuh goda. Tentu saja Selena menoleh untuk melihat pria gila yang sudah melakukan hal berbahaya seperti itu di tempat tersebut.

Namun, Edgar masih memasang ekspresi yang tenang. Ia bahkan bertanya pada Selena, "Kau ingin sosis goreng lagi?"

Selena susah payah mempertahankan ekspresinya sebelum menjawab, "Tidak. Tiba-tiba aku merasakan nafsu makanku hilang. Terlebih saat melihat sosis itu."

Lalu saat Johan dan Nelda sibuk, Edgar pun berbisik pada Selena, "Apa sosis itu mengingatkanmu dengan milikku? Bukankah, milikku lebih besar empat kali lipat dibandingkan sosis itu?"

Selena pun mencubit tangan Edgar yang masih merayap di pahanya dan balas berbisik, "Katupkan gigimu, dan berhentilah mengatakan omong kosong seperti itu."

Playing with My ProfessorWhere stories live. Discover now