15. Mencoba Meyakinkan

820 64 6
                                    

Pagiiiii

Siapa yang udah nungguin?

Jangan lupa apa? Jangan lupa tinggalin jejakkkk

Muach!


*


*



Selena duduk di sofa apartemennya sembari menatap layar televisi dengan tatapan kosong. Selena tampak sangat lelah dan kehilangan akal sehat setibanya dirinya di apartemennya, setelah menghabiskan waktu liburannya di tanah kelahirannya. "Argh, sialan!" maki Selena sembari mengacak rambutnya dan menggeliat bertingkah seperti orang gila.

Benar, Selena mengakui sendiri bahwa dirinya bertingkah seperti orang gila. Masa liburan yang seharusnya ia lalui dengan menyenangkan, pada akhirnya berubah menjadi sebuah petaka yang membuat dirinya hampir menangis sepanjang hari. Tentu saja hal tersebut tidak lepas dari fakta bahwa dirinya tidak bisa lepas dari Edgar setelah malam panas yang mereka habiskan. Edgar menempel padanya, dan hal itu juga didukung oleh kakek serta nenek Selena.

"Terkadang, Kakek dan Nenek memang sangat tidak peka dan membuatku berakhir menderita," ucap Selena sembari berbaring miring di sofanya.

Selena jengkel bukan main saat ingat tingkah kakek dan neneknya yang memang membiarkan Edgar untuk hilir mudik dari villa ke rumah mereka. Hal itu jelas memungkinkan Edgar untuk terus bertemu dengan Selena. Bagian yang membuat Selena sangat frustasi adalah Edgar yang benar-benar memperlakukannya selayaknya seorang kekasih. Untung saja kakek dan nenek Selena memang menganggap hal tersebut sebagai hal yang wajar selayaknya bentuk kasih sayang kakak pada adiknya.

Jadi, Selena tidak perlu menjelaskan apa pun pada mereka. Namun, hal itu pasti akan menjadi berbeda ketika interaksi tersebut terlihat oleh orang lain. Terlebih orang-orang yang berada di kampus. Memikirkannya saja sungguh membuat Selena merasa frustasi dan tidak ingin hal itu sampai terjadi. Selena pun menggeleng panik. "Tidak, aku tidak mau sampai masa perkuliahanku berakhir seperti itu," ucap Selena.

Lalu Selena mengubah posisinya menjadi duduk dan berkata, "Tepatnya, aku sama sekali tidak berniat untuk berakhir sebagai kekasih Edgar. Aku rasa, aku memang harus meluruskan semuanya dan membuat Edgar mengerti bahwa aku tidak ingin menjalin hubungan dengannya."

Sebenarnya, Selena sudah memikirkan hal tersebut semenjak Edgar mengatakan omong kosong berupa mereka sudah resmi menjadi kekasih. Hanya saja, Selena selalu saja kehilangan kesempatan dan momentum untuk membicarakan hal tersebut dengan Edgar. Jika pun memang ada waktunya, Edgar selalu mengalihkan pembicaraan. Namun, kali ini Selena merasa jika ia tidak akan mengundur waktunya lagi. Ia harus menyelesaikan semuanya sebelum terlambat.

Selena pikir dirinya lebih baik mandi terlebih dahulu untuk menyegarkan pikirannya dan mulai menyusun rencana untuk berbicara dengan Edgar nanti. Selena jelas bergegas untuk membersihkan dirinya dan memakai pakaian yang nyaman. Namun, begitu selesai berpakaian dan menyisir rambut, Selena mendengar suara bel. Tentu saja Selena segera menuju pintu sembari berseru, "Tunggu sebentar!"

Namun begitu dirinya membuka pintu, Selena seketika merasa menyesal. Dirinya berpikir seharusnya tadi dirinya tidak membukakan pintu untuk tamu tidak diundang ini. Tamu tersebut tak lain adalah Edgar yang datang dengan pakaian santai dan dengan membawa beberapa kantung makanan dari restoran yang terkenal di daerah tersebut. "Apa aku tidak diizinkan masuk?" tanya Edgar.

Selena tentu saja ingin menjawab, jangankan membiarkan Edgar masuk, ia bahkan tidak ingin melihat wajah pria itu. Namun, Selena masih memiliki akal sehat. Karena itulah Selena pada akhirnya memiringkan tubuhnya memberikan ruang bagi Edgar untuk masuk ke dalam apartemennya sembari berkata, "Silakan masuk."

Playing with My ProfessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang