22. Kecemburuan

735 45 3
                                    

Lanjut lagi? Atau buat besok aja?



*

*





"Selena, berhenti makan mie instan. Bukankah aku sudah mengatakan hal itu berulang kali? Aku akan menyita semua persediaan mie instanmu," ucap Edgar lalu beranjak menuju tempat penyimpanan mie instan di unit apartemen Selena.

Tentu saja Selena yang mendengar dan melihat tingkah Edgar jelas mengernyitkan keningnya. Mana mungkin Selena senang ketika makanannya yang berharga disita secara paksa seperti itu. "Tidak boleh! Kenapa kau tiba-tiba menyita makananku seperti itu?!" tanya Selena dengan nada tinggi dan menunjukkan bahwa dirinya benar-benar kesal.

Edgar menghela napas panjang. Ia tetap menyita mie instan tersebut. Lalu dirinya menatap Selena dan berkata, "Terlalu banyak mengonsumsi makanan instan seperti ini hanya akan membuatmu sakit perut. Aku akan kembali untuk mengisi persediaan dengan makanan yang lebih sehat nantinya."

Namun, Selena masih tetap tidak merasa puas, hingga dengan kesal menghabiskan makanan yang tengah ia nikmati. Edgar sendiri beranjak untuk duduk di meja makan bersama dengan Selena sembari memperhatikan ekspresi Selena saat ini. Edgar dengan mudah bisa membaca suasana hati Selena yang jelas sangat buruk. Sepertinya suasana hati Selena memang sudah memburuk selama beberapa hari ini.

Namun, Edgar belum menanyakan hal tersebut secara langsung ataupun membahasnya. Lalu kali ini, Edgar merasa jika saat ini dirinya juga tidak akan membahas hal tersebut. Ia harus membahas hal lain. Jadi ia pun berkata, "Selena, mulai saat ini, kau harus benar-benar memastikan bahwa kau tidak menjadi terlalu dekat dengan Rene dan kakaknya. Terlebih kakaknya yang bernama Elton itu. Aku tidak ingin kau sampai berhubungan lebih jauh dengannya."

Selena yang mendengar hal itu pun mengernyitkan keningnya. Pada akhirnya Selena tidak melanjutkan makannya dan menatap Edgar dengan emosi yang mulai berkecamuk. Selena meletakkan alat makannya dan bertanya, "Kenapa aku harus menuruti perkataanmu?"

Edgar yang mendengar pertanyaan tersebut pun mendengkus. Ia sadar, jika masalah ini akan kembali membuat hubungan yang sebelumnya sudah membaik, kembali memburuk dan mendingin. Padahal, setelah malam panas yang terakhir mereka habiskan bersama, hubungan mereka memang menjadi lebih baik. Bahkan Edgar bisa menyebut jika hubungan mereka tersebut selayaknya hubungan pasangan kekasih pada umumnya.

Edgar dengan tenang berkata, "Kau jelas harus menuruti perkataanku, aku mengatakan ini sebagai seorang kekasih dan orang yang menjagamu."

Selena mendengkus. "Omong kosong apa yang kau katakan barusan? Untuk apa aku mendengarkan perkataanmu dan menjadi seorang kekasih yang patuh? Toh, kau sendiri tidak pernah mendengarkan perkataan dan keinginanku. Kau juga dengan leluasa berhubungan dengan akrab dengan wanita lain, lalu kenapa aku tidak bisa berhubungan atau berinteraksi dengan keluarga temanku sendiri?" tanya Selena dengan menggebu-gebu.

Edgar yang mendengar pertanyaan tersebut pun terdiam. Ia mencoba untuk menelaah perkataan Selena tersebut sekaligus memperhatikan ekspresi Selena saat ini. Lalu Edgar pun menyadari sesuatu. Suasana hati Selena memburuk tepat ketika acara seminar di kampus. Acara itu bertepatan dengan Edgar yang bertemu dengan Lidia, dan mendapatkan ciuman yang sama sekali tidak ia inginkan dari Lidia tersebut.

Mengingat hal tersebut sudah membuat Edgar merasa kesal. Sebab dirinya sama sekali tidak menginginkan kecupan tersebut, terlebih Edgar mendapatkan kecupan tersebut di tempat umum yang tak lain adalah kampus di mana dirinya bekerja. Namun, perasaan tidak senang tersebut tiba-tiba menghilang digantikan oleh perasaan menggelitik yang menyenangkan. Hal tersebut terjadi, karena Edgar sadar jika saat ini Selena tengah merasa cemburu.

Playing with My ProfessorWhere stories live. Discover now