Angga Berubah?

26 18 3
                                    

Pak Ridho emang ganteng si. Dia kan idola gue dari kecil.

Sebenernya sejak pertama ketemu gue udah nggak percaya banget.
Rasanya terharu deh pas waktu pertama kali liat dia secara langsung.

Pengin banget gue meluk dia terus nggak usah dilepasin lagi selamanya. Cuman kan nggak mungkin. Yang ada nanti kepala gue ditoyor sampe nyium paving blok kampus.

Gue sebenernya pengin banget deket sama dia. Gue kayanya bakalan masuk infotainment kategori fans yang deket sama idolanya.

Gue juga nggak nyangka dia bisa care sama gue. Mana gue pernah ke rumahnya lagi. Ajaib banget Ya Allah hidup gue. Udah kayak di novel-novel gitu.

Tapi gue nggak mau ah deket sama dia. Nanti gue diomongin organisme satu kampus lagi. Gue pasti bakalan punya banyak haters terus dibilang nggak cocok sama Pak Ridho. Secara dia kan ganteng, dosen muda, mapan, terkenal lagi. Sedangkan gue, dari atas ke bawah aja kaya reinkarnasi kentang rebus. Upik abu banget.

Gue nggak mau ah ngambil resiko. Mending udah gue cuman jadi sebatas fans aja. Terus akun instagram gue juga mendingan unfoll akun Pak Ridho sama keluarganya. Biar nanti gue bikin akun fake buat tetep tau soal mereka. Biar lebih aman sama biar Pak Ridho juga nggak curiga kalo gue sebelumnya pernah ngefans sama dia sampe ngepoin dia tiap hari.

•••

"Nazira! Ekhemm!! "

"NAZIRA! "

"Yang namanya Nazira Aldiana ada nggak si? Apa bolos ya nggak masuk? " Ucap seorang perempuan tambun berusia hampir setengah abad yang berdiri di depan kelas.

Reina melemparkan penghapus ke arah Nazira membuatnya seketika terkesiap. Reina lalu memberi kode agar Naz melihat ke depan.

Sebuah tatapan sinis dari balik kacamata photocromic yang disiram cahaya yang menerobos dari celah-celah jendela tertuju lurus ke arah Naz. Naz reflek istighfar berkali-kali dalam hati.

"Saya bu, saya hadir." Ucapnya sambil tunjuk tangan semangat seperti model iklan susu anak maju di TV.

"Ck Ck Ck. " Bu Ochi berkacak pinggang dan mendekati Naz.

"Kamu ini ya, badan disini pikirannya malah plesiran kemana-mana. Saya tadi lagi bagiin kelompok buat penelitian nanti. Malah bengong lagi. " Ucap Bu Ochi memberi ceramah umum pada Nazira.

Naz menunduk dalam-dalam. Antara takut dan malu tentunya. "S-saya minta maaf Bu, saya nggak sengaja. " Ucap Naz gelagapan.

"Mikirin apa si kamu? Suami kamu ngambek? Anak kamu belum dikasi makan? Kenapa? " Ucap Bu Ochi semakin membuat Naz kikuk.

Naz diam seribu bahasa. Ia merasa tak tepat menjawab pertanyaan dosen killer itu. Ia hanya akan dianggap tak sopan karena terus menjawab.

Bu Ochi menghela napas kuat. Ia lalu kembai ke depan dan melanjutkan membagi kelompok. Naz bernapas lega. Hatinya tak berhenti merutuki dirinya sendiri yang malah gagal fokus gara-gara memikirkan Ridho. Ia benar-benar merasa sial.

•••

"Neng Naz! " Panggil seorang ibu dari arah warung kampus. Nazira yang merasa namanya dipanggil menghampiri ibu tersebut.

"Neng boleh bantuin Bu Iis sebentar nggak? " Ucapnya sambil goyang-goyang nggak jelas. Kelihatannya wanita berkepala empat itu tengah menahan pipis.

"Iya bu bantuin apa ya? " Tanya Naz.

My DoorWhere stories live. Discover now