5 - Kebencian

617 101 12
                                    

Estia berjalan-jalan menelusuri Kerajaan Iblis yang sangat megah dan besar. Hari ini, ia sama sekali belum bertemu dengan Raja iblis manapun, sangat mencurigakan bukan? Dan para pelayan terlihat sangat-sangat sibuk.

Kesibukan dari para pelayan membuat Estia penasaran. "Apa yang sedang kalian lakukan?" Tanya Estia pada salah satu pelayan.

"Hari ini ketujuh Raja Iblis sedang berkumpul dan merapatkan hal penting. Setiap ketujuh Raja Iblis berkumpul di satu tempat pasti akan terjadi pertumpahan darah. Kami para pelayan harus bersiap akan hal ini." Jelas salah satu pelayan dengan wajah ketakutan ketika memikirkan pertumpahan darah.

"Pertumpahan darah? Aku harus menghindar sejauh mungkin." Ucap Estia pada dirinya sendiri dan berusaha memberanikan dirinya sendiri.

Estia membalikan tubuhnya dan...

BRAKK...

Kepalanya membentur dada bidang seorang lelaki.

"Dimana matamu?" Tanya pria itu dengan kasar.

Estia memegang kepalanya yang terbentur dan ingin menghujat kearah pria yang ada di depannya. Tetapi ia mengurungkan niatnya ketika melihat rambutnya yang tersangkut di kancing baju pria itu.

"Dasar merepotkan," Sinisnya dan mengeluarkan pedangnya.

Estia melotot kearah pria itu, "Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Estia yang berusaha menutupi ketakutannya.

Tanpa basa-basi, pria itu mendekatkan pedangnya kearah Estia. Estia yang ketakutan menutup kedua matanya.

Sretttt...

Pria itu memotong rambut Estia yang tersangkut dan berjalan meninggalkannya. Seakan jantung Estia berhenti berdetak, kedua kakinya terasa lemas. Ia hampir saja dibunuh oleh pria yang tidak ia kenal.

"Semangat Estia, jangan pedulikan dia, dia hanya pria gila." Estia berusaha menyemangati dirinya dan berusaha berjalan kembali ke kamarnya.

Tetapi yang hanya ia lakukan adalah berkeliling tanpa tau arah tujuan. Kerajaan yang luas dan besar membuatnya tersesat.

Estia menatap kearah pintu besar dan megah yang ada didepannya saat ini yang membuatnya kagum dan penasaran.

Pelan-pelan Estia memegang gagang pintu itu dan membuka pintunya. Tatapan penasarannya berubah menjadi tatapan terkejut dan takut.

Ketika ia membuka pintu ketujuh pedang lansung mengarah kearahnya. Membuatnya takut setengah mati. Kedua kakinya yang masih lemas sekarang sudah mati rasa dan tidak kuat untuk berdiri. Estia lansung terjatuh ketanah, ketika dirinya dan ketujuh pedang yang sedang melayang hanya selisih 1 jengkal dengan dirinya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Draco.

Estia menatap kearah ketujuh Raja Iblis. Mata para Raja Iblis berubah menjadi beragam warna.

"Menarik," Kata pria tadi yang Estia temui.

"Turunkan pedang kalian," Pintah Lucian dan berjalan mendekat kearah Estia.

Keenam pedang lansung turun, tetapi satu pedang tetap mengarah kearah Estia.

"Atas perintah siapa aku harus mendengarkanmu?" Tanya seorang pria lagi dengan iris mata hitam pekat. Pria itu berjalan kearah pedangnya dan mengenggam pedangnya, mengarah lebih dekat kearah leher Estia.

"Atas perintah Raja Iblis Agung." Jawab Lucian dan mementalkan pedang pria itu.

Pria itu dengan cepat menangkap pedang yang terpental dan menancapkan pedangnya ke tanah dan berjalan kearah Estia. "Aku adalah Adelard, Raja Iblis Kebencian. Ingat namaku dan bencilah aku sebenci-bencinya. Karena semakin kau membenciku. Aku akan semakin menyukaimu." Bisiknya dan mengelus wajah Estia dengan lembut.

Don't Be Kind!!!Where stories live. Discover now