10 - Aku Pembunuh

210 33 3
                                    

Draco seperti biasanya mendatangi Estia dan berniat untuk mencari masalah dengannya. Tapi, melihat Estia yang duduk disudut kamar sambil gemetar dan melihat kearah kedua tangannya yang dipenuhi oleh cipratan darah membuatnya terdiam sesaat, berusaha memahamu situasu.

"Apa yang kau lakukan disana?" Tanya Draco yang berjalan kearah Estia.

"A-aku, aku pembunuh. Draco, aku adalah pembunuh." Ulang Estia yang menatap kearah kedua tangannya yang masih gemetar dan dipenuhi oleh darah. Kedua matanya kembali berkaca-kaca.

Melihat Estia yang seperti ini membuatnya sedikit bingung dan tersulut amarah. Estia biasanya hanya tersenyum dan tertawa bahkan ketika para siluman dan iblis menangkapnya, ia hanya terlihat pasrah dengan hidupnya dan tidak peduli dengan sekitar.

"Siapa yang mengganggumu? Aku tidak akan pernah memaafkannya karena telah membuatmu menangis." Amarah Draco.

"A..ku ta...kut de..ngan...nyaa." Isak Estia.

Draco sudah bisa menebak siapa orang yang telah membuat Estia seperti ini. Ia lansung mendatangi Raja iblis Kebencian.

"APA YANG KAU LAKUKAN TERHADAP ESTIA?" Tanya Draco dengan amarah. 

"Aku hanya menyuruhnya untuk membunuh sisa siluman yang telah menyuliknya." Jawab Adelard dengan mudahnya tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"APA KAU PERLU MENYURUHNYA UNTUK MEMBUNUH SILUKAN ITU DENGAN KEDUA TANGANNYA?!!" Tanya Draco yang berubah menjadi monster hitam yang mengerikan.

Adelard tersenyum miring sambil melihat Draco dari atas sampai bawah, "Kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku, raja iblis hawa nafsu. Aku juga adalah salah satu dari tiga raja iblis agung dan mulai hari ini aku akan berusaha menjadi satu-satunya raja iblis agung agar manusia itu menjadi milikku."

"Aku tidak akan membiarkannya menjadi milikmu." Balas Draco bersungguh-sungguh dan keluar dari ruangan Adelard begitu saja.

Adelard sedikit tersenyum ketika membayangkan wajah ketakutan Estia, ia memiliki pemikirannya sendiri yang sangat sulit untuk ditebak.

"Kau pasti akan menjadi milikku. Ini sungguh menarik. Kau benar-benar bisa membuatku tertarik padamu."

****

"Estia," panggil Lucian yang melihat Estia berada di sudut kamarnya.

"Luciannhuaaaaa....." Estia yang melihat Lucian lansung banjir air mata.

Ia menangis sejadi-jadinya seperti anak kecil membuat raja iblis keangkuhan terdiam dan tidak berkata-kata. Estia lansung memeluk tubuh Lucian dengan erat. "P-pembunuh. A-aku." Nangisnya yang bahkan tidak mampu merangkai kata-kata dengan benar.

"Katakan dengan benar Estia agar aku bisa mengerti setiap kalimatmu." Lucian menatap kearah Estia yang masih banjir air mata.

"A-aku. D-dia. Hiks... hikss... kau pasti akan membenciku. Hiks... hiks..." isak Estia yang tidak mampu menyampaikan kalimat yang ingin ia sampaikan. Pikirannya kacau, sekacau-kacaunya.

"Aku tidak akan membencimu Estia. Jelaskan padaku pelan-pelan," Lucian memasukan anak rambut Estia ke belakang daun telinganya dan menghapus air matanya.

Estia akhirnya menceritakan semuanya pada Lucian tanpa melewatkan apapun.

"Aku mengerti, jadi jangan menangis lagi. Matamu sudah lelah, aku akan membantumu membersihkan cipratan darah." Lucian mengusap air mata Estia yang terus mengalir, ia telah menangis seharian.

Estia hanya membalas dengan anggukan.

Satu jam setelah membersihkan cipratan darah, Estia akhirnya tertidur dengan tenang. Ia tampak sangat kelelahan karena menangis terlalu banyak. Lucian memberikan kecupan singkat di kening Estia, tanpa ia sadari.

"Maaf, telah membuatmy ketakutan."

*****

Hallo gaes, ada yang masih kangen ga sama cerita ini? Hehe, maaf ya lama banget updatenya.

Btw, kalian ship Estia sama siapa nih?

Sekian dulu and luv u gaes 💕

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 02, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Don't Be Kind!!!Where stories live. Discover now