Warmth!

70.6K 3.6K 20
                                    


Bukannya beristirahat Violence malah memperhatikan cctv kamarnya yang terhubung langsung pada ponselnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bukannya beristirahat Violence malah memperhatikan cctv kamarnya yang terhubung langsung pada ponselnya.
Banyak pertanyaan muncul di kepalanya, tentang siapa yang menelepon Naura, dan apa yang membuat gadis itu terlihat sangat frustasi.
"Gue akan cari tahu semua ini tanpa sepengetahuan lo Ra, masih bnyak hal yang gue belum tau dari lo."lirih Violence sangat pelan.

Kepalanya rasanya sangat pusing, masih banyak sekali misteri yang belum ia pecahkan, namun kini ia harus menyelesaikan urusan Naura dan menunda kepentingan nya demi gadis itu.

Violence benar-benar terobsesi untuk membunuh orang yang telah membunuh ibunya dengan sangat mengerikan. Bagaimana tidak, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri ibunya berlumuran darah dengan mata yang melotot dan beberapa goresan benda tajam ditubuhnya.

Ia menggelengkan kepalanya saat rasa pusing menyerangnya tanpa ampun, bahkan mengingat kejadian itu saja sudah membuat emosi Violence memuncak drastis.

Violence mengerti jika ibunya mungkin juga bersalah, tapi harus kah membunuh ibunya, haruskah melakukan hal mengerikan seperti itu.

Seraya memegang kepalanya yang semakin pusing, Violence memutuskan untuk bangkit dari ranjang besar itu. Berniat mengambil segelas air hangat untuk menenangkan dirinya. Memikirkan itu saja membuat Violence selemah ini.

Violence melangkahkan kakinya yang masih terasa nyeri dengan sangat pelan, tangannya membuka kunci kamar Brayen perlahan agar tak membangunkan siapapun, pikirnya.

Dengan pakaian yang cukup minim karena mengekspos paha mulusnya, Violence berjalan menuju ke suatu ruangan yang ia duga adalah dapur Brayen.

***

Kini Brayen berbaring diatas sofa sambil melihat Farhan dan Alex yang sibuk bermain game. Hingga kedatangan Rifki dan David mengagetkan mereka. Tanpa salam dan sapa mereka langsung duduk tepat disamping Alex dan Farhan.
"Lama banget anjir, capek gue nungguin di bengkel. Mana laper lagi gue sialan, ada makanan gak bos?"tanya Rifki tak tau malu.

"Banyak banget noh rusaknya bro, udah kelar sih, didepan rumah tuh motor."sahut David.

"Ambil aja Ki, di dapur ada cemilan, lo ambil deh. Cuman ada mie instan di dapur gue, kalau lo mau rebus aja, lo tau lah gue tinggal sendiri."jawab Brayen yang dimengerti oleh Rifki.

"Yaudah bos, ke dapur dulu gue, lo pada mau gak? biar sekalian gue ambilin."tanya Rifki menawarkan semuanya.

"Sekalian aja Ki, kita laper juga nih."jawab Alex yang masih fokus pada game nya.

Mendapat perintah itu, Rifki bergegas berlari ke dapur sambil bersenandung kecil. Hingga langkahnya terhenti tepat didepan pintu dapur yang terbuka.

Matanya melotot kala melihat Violence dengan pakaian seminim itu sedang sibuk merebus air. Mungkin saja matanya akan di congkel Brayen karena hal ini. Dengan panik Rifki langsung memutar kan tubuhnya membelakangi Violence dan berlari kencang ke ruang tamu seraya meneriakkan nama Brayen.
"BRAYEN!!!"

VIOLENCE (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now