Chapter 16 🖤

1 0 0
                                    

Kamera sudah mulai rolling, dan si kameramen kini sedang mengambil gambar Kayela yang akan membangunkan Romi. Dengan canggung dan pelan, tangan Kayela menepuk - nepuk pundak Romi tanpa melihat ke arah wajah Romi.

“Hei... Bangun.”

“Kok hei sih mbak? Panggil namanya langsung saja.” Si kameramen memprotes.

“Iya.. iya..”

Dengan patuh Kayela menepuk-nepuk kembali pundak Romi sambil memanggil namanya.

“Romi..”

“Apa?” Romi menjawab dengan mata tertutup.

“Kamu pura – pura tidur?”
Romi membuka matanya, dan di depannya dia melihat wajah cantik Kayela yang terlihat kesal. Indah, itu kata yang terbesit di pikirannya. Namun, dia segera memulihkan pikirannya dan membenarkan posisi duduknya.

“Kamu sudah beres rapatnya?”

Kayela menganggukkan kepala, namun wajahnya masih dia pertahankan untuk tidak menghadap ke Romi. Dia bersikap seolah dia kesal karena Romi mengerjainya, padahal dia merasa malu pada Romi. Begitulah, Kayela dengan gengsinya.

“Kalau gitu sekarang kamu makan siang meskipun sudah telat.”

“Nasi uduknya ada dua, kamu belum makan?” dengan gengsi Kayela bertanya pada Romi.

“Belum, kan tunggu Bu bos.”

Mendengar Romi menyebutnya Bu bos seperti yang dilakukan Sania, refleks Kayela melihat ke arah Romi dengan mata melotot galak.

“Sorry, aku cuma ngikutin karyawan kamu tadi. Nasinya La! Ayo dimakan.”

Romi mulai mengambil sendok yang ada di piring yang tepat berada di depannya, lalu dia mulai menyuap nasi uduk itu.

“Wait..!” suara Kayela menghentikan aktivitas makan Romi.

“Kenapa?”

“Kamu kenapa dari tadi bicaranya pakai aku kamu bukan lagi lo gue?”

“Kamu juga.”

“Enggak, beda. Saya pakai saya kamu bukan aku kamu.”

“Tapi tetep pakai kamu, kan?”

“I..IYA. Em... Tapi saya lebih formal.”

“Dimakan saja nasi uduknya, La.”
Kayela mengambil piring yang berisi nasi uduk untuknya, lalu dia mulai memakannya. Namun tidak lama kemudian dia kembali bersuara.

“Sebenarnya saya sudah lama gak makan nasi termasuk nasi uduk.” Jujur Kayela pada Romi yang sedang menikmati makanannya.

“Ya sudah jangan dimakan.” Jawab Romi dengan santai.

“Saya sudah terlanjur makan nasi uduknya.”

“Ya terus kenapa lo makan? Lo tinggal bilang ke gue kalau lo gak suka nasi uduk.”

“KOK NGEGAS SIH? KOK PAKAI LO GUE LAGI?”

“TERSERAH GUE DONG, BUKAN URUSAN LO JUGA KAN.”

Wajah Romi memerah menatap Kayela dengan marah. Sementara Kayela hanya diam bergeming melihat Romi yang kesal padanya. Si kameramen pun yang berada di sana tidak bisa berbuat apa-apa. Sepertinya si kameramen bingung bagaimana harus melerai mereka, takutnya malah dia ikut terkena semprot.

🖤🖤🖤

Tik

Tik

Tik

Suara detik jam dinding mengisi keheningan ruangan. Sementara Kayela dan Romi masih saja saling diam, padahal sudah setengah jam lamanya mereka seperti itu. Di antara mereka belum ada yang mau mengalah untuk berbicara lebih dulu. Yang satu sedang berusaha meredam emosi, sementara yang satu lagi terlalu gengsi untuk memulai pembicaraan.

“Maaf.” Dengan kompak keduanya saling mengatakan maaf tanpa diduga. Namun keduanya kembali diam tidak melanjutkan pembicaraan.

“Ok..” Si kameramen bersuara.

“Sudah saling maaf – maafan kan? Kita pergi ke mana lagi mbak, mas?” lanjut si kameramen mencoba mencairkan suasana, dan menyelamatkan dirinya dari situasi yang tidak nyaman ini.

Tanpa ada jawaban dari Kayela maupun Romi, mereka berdua kompak berdiri dari posisi duduknya. Kebetulan hari sudah sore, dan jalanan akan macet jika tidak pulang sekarang, pikir keduanya.

“Yuk, kita pulang.” Ajak Romi pada si kameramen dan secara tersirat dia mengajak Kayela juga. Di sisi lain, dengan angkuh Kayela mengambil tas miliknya lalu jalan terlebih dahulu mendahului Romi.

🖤🖤🖤

Mix & MatchWhere stories live. Discover now